BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang secara historis mengandung keaslian Indonesia, karena sudah ada sejak jaman Wali Songo dahulu. Pesantren merupakan kelembagaan Islam yang dipimpin oleh seorang Kyai (dengan para putra atau pembantu-pembantunya), yang sekaligus sebagai pimpinan, orang tua, panutan, dan guru yang diikuti dalam perilaku kehidupannya.
Di dalam pesantren terdapat masjid sebagai tempat kegiatan ibadah, rumah kyai dan keluarganya yang berfungsi sebagai tempat atau kantor kegiatan pondok, bangunan pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri, serta beberapa fasilitas belajar yang lainnya. Fasilitas belajar yang ada digunakan sebagai tempat pengajaran ilmu-ilmu keIslaman, pemasyarakatan ajaran Islam dan sistem nilai serta wawasan yang dianut individu seorang Kyai. Sehingga pondok pesantren merupakan bentuk kelestarian budaya yang agak berbeda dengan budaya masyarakat sekitarnya.
Di lingkungan pesantren salaf,ada tiga cabang ilmu sebagai pelajaran utama bagi para santri yaitu ilmu yang meliputi tauhid,fiqh dan akhlak. Dan ketiga ilmu inilah sebagai sikap utama bagi kehidupan manusia. Disampin ketiga cabang ilmu tersebu para santri juga ditunjang dengan ilmu-ilmu lain semisal tafsir al-Quran,Hadits,Nahwu. sharraf dan lain sebagianya. Dengan berbekal ilmu-ilmu tersebut, para santri bisa menjadi orang yang benar-benar ‘tafaqquh fi al-din’ dengan akhlak yang mantap dan akhlak yang terpuji.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimanakah pengertian pesantren salaf serta karakteristiknya?
- Bagaimanakah pengembangan kurikulum beserta komponennya dalam pesantren salaf?
1.3. Tujuan
- Mengetahui pengertian dari pesanttren salaf serta karakteristiknya.
- Memahami pengembangan kurikulum serta komponennya dalam pesantren salaf.
Pengertian Pesantren
Setiap kali mendengar kata “salaf”,benak kita membayangkan dan kerap mengidentifikasikan dengan kuno,out of date, dan tidak berpikiran maju. Sebaliknya,setiap kali mendengarkan kata “modern”,benak kita langsung terbayangkan pada situasi yang luar biasa dengan kemajuan dan kebebasan berpikir sebagai cirinya.[1]
Demikian juga apabila dua kata tersebut kita sandingkan dengan kata “Pesantren”, bayangan dan kesan serupa hadir.[2]Pesantren salaf misalnya kerap diidentifikasikan dengan model pesantren kolot yang sehari-hari hanya bergelut dengan kitab klasik abad pertengahan yang bagi sebagian kalangan dianggap tidak relevan lagi dengan konteks kekinian. Belum lagi bayangan tentang tidak adanya ruang berfikir bebas serta tidak dipelajari pendidikan umum yang pada akhirnya melahirkan santri yang “kuper” dan ortodok. Dan banyak lagi tudingan miring mengenai pesantren salaf ini. Sebaliknya pesantren modern selalu dipahami sebagai pesantren adaptis dan peka zaman serta mampu melahirkan kader-kader santri yang berfikiran maju.
Padahal kalau kita cermati, pandangan-pandangan terhadap jenis pesantren tertentu, yang dalam hal ini pesantren salaf, jauh dari realitas yang sesungguhnya. Secara historis tujuan terbentuknya pesantren adalah dalam rangka ‘tafaqquh fi al-din’ (belajar memahami ilmu agama).
Di lingkungan pesantren salaf,ada tiga cabang ilmu sebagai pelajaran utama bagi para santri yaitu ilmu yang meliputi tauhid,fiqh dan akhlak. Dan ketiga ilmu inilah sebagai sikap utama bagi kehidupan manusia. Disampin ketiga cabang ilmu tersebu para santri juga ditunjang dengan ilmu-ilmu lain semisal tafsir al-Quran,Hadits,Nahwu. sharraf dan lain sebagianya. Dengan berbekal ilmu-ilmu tersebut, para santri bisa menjadi orang yang benar-benar ‘tafaqquh fi al-din’ dengan akhlak yang mantap dan akhlak yang terpuji.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,pesantren salaf menggunakan kurikulum yang bertumpu pada tiga disiplin utama tadi, yaitu: tauhid. Fiqh, dan akhlak atau tasawuf. dalam bidang fiqh,santri diperkenalkan dengan kitab- kitab dasar ilmu fiqh seperti Safinat al-Naja, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, hingga kitab induk madzhab Syafi’i yaitu Syarah Muhadzdzab dan Al-Ummi.
Di bidang tauhid,para santri diajari kitab-kitab aliran teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah dan sedikit di perkenalkan seputar aliran syiah dan Mu’tazilah sebagai bahan perbandingan sekaligus untuk mengukuhkan keyakinan santri dengan kebenaran alirannya. Sedang dibidang akhlak, pesantren salaf mengajarkan kitab Bidayah al-Hidayah,Al-Hikam. Hingga Ihya ‘Ulumudin,disamping ditunjang dengan kitab-kitab lain seperti Siraj al-Thalibin, dan Risalah al-Qusyayriyah.
2.2. Karakteristik Pendidikan Pesantren
- Sistem pendidikannya tradisional
- Adanya kebebasan penuh dalam proses pembelajaran (waktu, tempat, biaya dan syarat)
- Terjadinya hubungan interaktif antara kyai dan santri
- Menonjolkan semangat demokrasi dalam praktik memecahkan masalah-masalah internal non-kurikuler
- Santri tidak berorientasi mencari ijazah dan gelar
- Kultur pendidikan diarahkan untuk membangun dan membekali para santri agar hidup sederhana, memiliki idealisme, persaudaraan, persamaan, percaya diri, kebersamaan dan memiliki keberanian untuk siap hidup di masa depan
- Alumninya tidak bercita-cita memiliki jabatan dipemerintahan karena itu sulit dikuasai pemerintah
- Metode pembelajarannya menggunakan wetonan, sorogan dan halaqoh
2.3. Program Kegiatan Pesantren Salaf
- Bagian Ubudiyah
- Ta’lim wa Tahfidz Al-Qur’anTTQ
- Kuliyah Syariah
- Pendalaman Fikih
- Pendalaman Ilmu Agama Selain Fikih
- Penguasaan Nahwu –Sharaf
- Pengajian Kitab Kuning
2.4. Pembagian Kurikulum Pesantren Salaf
- Bidang fiqh,santri diperkenalkan dengan kitab- kitab dasar ilmu fiqh seperti Safinat al-Naja, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, hingga kitab induk madzhab Syafi’i yaitu Syarah Muhadzdzab dan Al-Ummi.
- Bidang tauhid,para santri diajari kitab-kitab aliran teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah dan sedikit di perkenalkan seputar aliran Syiah dan Mu’tazilah sebagai bahan perbandingan sekaligus untuk mengukuhkan keyakinan santri dengan kebenaran alirannya.
- Bidang akhlak, pesantren salaf mengajarkan kitab Ta’limmul Muta’alim, Bidayah al-Bidayah, Al-Hikam. Hingga Ihya ‘Ulumudin,disamping ditunjang dengan kitab-kitab lain seperti Siraj al-Thalibin, dan Risalah al-Qusyayriyah.
2.5. Pembagian Kurikulum Berdasarkan pada Tingkatannya
2.5.1. Pembagian Kurikulum tingkat ibtidaiyah Pesantren Salaf
Al-Qur’an dan
Tajwid : Hidayatus Sibyan
Tauhid : Jawahirul Kalamiyah
Fiqih : Safinatun Naja’
Sulam Taufiq
Sulam Munajat
Akhlak : Washaya dan Akhlakul Banin
Nahwu : Nahwu Wadhih dan Ajjurumiyah
Shorof : Al Amshilatut Tasrifiyah
2.5.2. Pembagian Kurikulum tingkat Tsanawiyah Pesantren Salaf
Tajwid : Tukhfatu Atfal
Hidatul Mustafidz dll.
Tauhid : Aqidatul Awwam
Fiqih : Fathul Qorib, Minhajul Qowim
Akhlak : Ta’lim al-Muta’alim
Nahwu : Mutamimah, Imrithi’ dll
Sharaf : Nazaham Maksud Al Kailani
Tarikh : Nurul Yaqin, Sirah Nabawiy
2.5.3. Pembagian Kurikulum tingkat Aliyah Pesantren Salaf
Tafsir : Tafsir jalalain Al Maghribi
Ilmu Tafsir : Attibyan fi ulumil qur’an dll
Hadits : Mukhtarul Hadits, Arbain Nawawi
Buluguh Maram dll
Musthalah Hadits : Minhal Mughitsul Baiquniyyah
Tauhid : Aqidatul Islamiyyah, Kifayatul Awwam
Fiqih : Kifataul Akhyar
Ushul Fiqh : Waraqat, As Sulam, Al Bayan, dll
Nahwu dan Sharaf: Alfiah Ibnu Malik, ibnu Aqil, Syahbrawi, I’lal dll
Akhlak : Minhajul Abidin dan Irsyadul Ibad
Tarikh : Ismam Al Wafaq
Balaghah : Jawahirul Maknun
2.5.4. Pembagian Kurikulum tingkat Al-Ali Pesantren Salaf
Ushul Fiqh : Jam’ul Jawami’, NawahibSaniyah, Asbahan Nadzir, Lathaifal Isyarah
Bahasa arab : Jami’ud Durus Al Arabiyah
Balaghah : Juman , Balghah Wadhiah
Mantiq : Sullam Al Muwarraq
Akhlak : Ikhya’ Ulum Din, Risalatul, Mu’awwanah, Bidayatul Hidayah
Tarikh : Tarikh Tasyri’
2.6. Komponen Pengembangan Kurikulum Pesantren
- Tujuan
Dari yang berorientasi pada ukhrowi dan memahami serta mengamalkan ilmu secara tekstual, berkembang menjadi berorientasi duniawi dan ukhrowi serta memahami dan mengamalkan ilmunya sesuai tempat dan zaman.
- Bahasa pengantar
Dari yang menggunakan bahasa Arab dan bahasa daerah ditambah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia
- Materi kurikulum
dari yang hanya membahas kitab-kitab klasik (kitab tauhid, balaghoh, tafsir, hadist, mantik, usul fiqh dan lain sebagainya. Dengan berkembangannya teknologi maka kurikulum pesantren ditambah dengan ilmu teknologi serta diberi life skill untuk bekal mereka nanti.
- Metode
Metode pembelajarannya menggunakan wetonan, sorogan, halaqoh dan klasikal
- Evaluasi
Evaluasi berbentuk hafalan berkembang menjadi bentuk praktek secara langsung
- Aktivitas belajar
Dari kegiatan santri yang hanya mendengrkan, menyimak dan menulis apa yang diucapkan kyai, sekarang santri juga mempraktekkannya
- Sumber belajar
kitab-kitab klasik dan teknologi
2.7. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Dulu dan Sekarang[3]
No
|
Hal
|
Tradisional
|
Sekarang dan Mendatang
|
1
|
Status
| - Uzlah
- Milik pribadi
| - Sub system pendidikan nasional
- Milik institusi
|
2
|
Jenis Pendidikan
| - Pesantren non formal | - Pesantren (PNF)
- Madrasah
- Sekolah Umum
- Perguruan Tinggi
|
3
|
Sifat
| - Bebas waktu, tempat, bebas biaya dan waktu
| - Masih berlaku Bagi PNF dan tidak berlaku untuk PF
|
4
|
Tujuan
| - Agama (Ukhrawi)
- Memahami dan mengamalkan secara tekstual
| - Agama (duniawi)
- Memahami dan mengamalkannys sesuai dengan tenpat dan zaman
|
5
|
Bahasa Pengantar
| - Daerah
- Arab
| - Indonesia
- Daerah
- Arab
- Inggris
|
6
|
Kepemimpinan
| - Karismatik | - Rasional |
7
|
Corak Kehidupan
| - Fikih
- Orientalis
- Skaral
- Manusia sebagai objek
| - Fikih-sufistikdan ilmu
- Ukhrawi dan duniawi
- Sakraldan profane
- Manusia objek dan subjek (vtalistik)
|
8
|
Perpustakaan, dokumentasi dan alat pendidikan
| - Tidak ada
- Manual
| - Ada
- Manual, elektronika
- Computer
|
9
|
Air
| - Dua Kullah | - Kran |
10
|
Asrama
| - Hidup bersama menerima., memiliki ilmu dan mengamalkannya | - Hidup bersama
- Dialog
- Menjadi ilmu sebagai sarana pengembangan diri
|
11
|
Pengurus
| - Mengabdi pada kyai | - Bertanggungjawab pada unit kerjanya
- Memberi masukan/pertimbangan kyai
|
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang secara historis mengandung keaslian Indonesia, karena sudah ada sejak jaman Wali Songo dahulu. Pesantren merupakan kelembagaan Islam yang dipimpin oleh seorang Kyai (dengan para putra atau pembantu-pembantunya), yang sekaligus sebagai pimpinan, orang tua, panutan, dan guru yang diikuti dalam perilaku kehidupannya.
Di lingkungan pesantren salaf,ada tiga cabang ilmu sebagai pelajaran utama bagi para santri yaitu ilmu yang meliputi tauhid,fiqh dan akhlak. Dan ketiga ilmu inilah sebagai sikap utama bagi kehidupan manusia. Disampin ketiga cabang ilmu tersebu para santri juga ditunjang dengan ilmu-ilmu lain semisal tafsir al-Quran,Hadits,Nahwu. sharraf dan lain sebagianya. Dengan berbekal ilmu-ilmu tersebut, para santri bisa menjadi orang yang benar-benar ‘tafaqquh fi al-din’ dengan akhlak yang mantap dan akhlak yang terpuji.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,pesantren salaf menggunakan kurikulum yang bertumpu pada tiga disiplin utama tadi, yaitu: tauhid. Fiqh, dan akhlak atau tasawuf. dalam bidang fiqh,santri diperkenalkan dengan kitab- kitab dasar ilmu fiqh seperti Safinat al-Naja, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, hingga kitab induk madzhab Syafi’i yaitu Syarah Muhadzdzab dan Al-Ummi.
Di bidang tauhid,para santri diajari kitab-kitab aliran teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah dan sedikit di perkenalkan seputar aliran syiah dan Mu’tazilah sebagai bahan perbandingan sekaligus untuk mengukuhkan keyakinan santri dengan kebenaran alirannya. Sedang dibidang akhlak, pesantren salaf mengajarkan kitab Bidayah al-Hidayah,Al-Hikam. Hingga Ihya ‘Ulumudin,disamping ditunjang dengan kitab-kitab lain seperti Siraj al-Thalibin, dan Risalah al-Qusyayriyah..
3.2. Saran
Menaggapi dari berbagai uraian-uraian mengenai Pengembangan kurikulum Pesantren salaf kami sebagai penulis mengarapkan bila ada kekurangan dalam pembahasannya kepada pembimbing supaya memberi pengararahan kepada kami supaya makalah menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI. 2005. Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen Agama
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Mansur. 2005. Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Depertemen Agama
Marno, Trio Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.Bandung: PT Refika Aditama
uwito dan Fauzan. 2004. Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara. Bandung: Angkasa.
Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Hidakara Agung
[1] Depag RI, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta, 2005, hal 96
[2] Drs. Hasbullah, sejarah pendidikan islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1999, hal 138
[3] Marno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.( PT. Refika Aditama: Bandung. 2008)hal 66-67