Instrumen Dalam Penelitian
A. Pengertian
/ Definisi Instrumen
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak
menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-btul dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang
salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga
kesimpulan penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru.
Sebelum mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti
sebaiknya memperhitungkan terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan
dalam penelitian. Apakah data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data
nominal, ordinal, interval, ataukah data rasio? Apakah data primer atau data
sekunder? Data kuantitatif data yang berkenan dengan jumlah. Data kualitatif
berkenan dengan nilai kualitas baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Data
kualitatif jika perlu dapat disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada
kriteria yang jelas dan tegas penggunaanya.
Beberapa langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen
penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah :
a) Analisis variabel
penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan
peneliti.
b) Menetapkan jenis instrumen
yang digunakan untuk mengukur variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
c) Peneliti menyusun kisi-kisi
atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan,
abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang
dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek
yang diteliti.misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi
tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman,
aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.
d) Peneliti menyusun item atau
pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam
kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai
item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran
jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus
dibuat peneliti.
e) Instrumen yang sudah dibuat
sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang
instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan
isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan
dibahas lebih lanjut.[1]
Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan
tes tertulis (tes-pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik
lainnya seperti poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih
banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin
disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti.
Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan”
yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat
dan dapat mengambil keputusan.[2]
Dalam penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian,
menentukan hipotesis benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena
dalam penelitian kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus
dibuat terlebih dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang
besok akan diajukan.
- B. Jenis-Jenis
Instrumen Penelitian
- Instrumen Tes
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
Macam-macam Instrumen tes:
- Tes
kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan
khusus,dll.
- Tes
bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat
seseorang.
- Tes
intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau
perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
- Tes
sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap
berbagai sikap seseorang.
- Tes
minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
- Tes
prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah mempelajari sesuatu.
- Instrumen
Nontest
- Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipandang dari bentuknya
maka ada 4:
a) Kuesioner pilihan ganda
b) Kuesioner isian
c) Check list yaitu responden tinggal
membubuhkan tanda check(√)
d) Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari
sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan kuesioner :
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak
responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut
waktu senggang responden.
Kelemahan kuesioner :
a) Seringkali sukar dicari validitasnya
b) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang
responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
c) Waktu pengembaliannya tidak
bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.[3]
- Interview
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau
kuesioer lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk
meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang variabel latar
belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas
:
a) Interview bebas di mana pewawancara
bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b) Interview terpimpin di mana pewawancara deng
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
c) Interview bebas terpimpin yaitu antara
kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
Keunggulan teknik interview adalah:
a) Peneliti memiliki peluang atau
kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif tinggi dari responden
b) Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih,
jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak
jelasan pertanyaan
c) Peneliti dapat mengontrol jawaban
responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang
diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
d) Peneliti dapat memperoleh informasi yang
tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi.
- Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut
pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian
penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar,
rekaman suara.
Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Observasi non-sistematis yang dilakukan
oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen pengamatan.
b) Observasi sistematis yang dilakukan oleh
pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai instrumen pengamatan.
Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Sign system digunakan sebagai instrumen
pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran.
Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur menerangkan,
guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya
kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan
dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah muncul
di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan,
hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa
kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b) Category system adalah sistem pengamatan yang
membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan
atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat
hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan
atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat dengan guru,
murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan
menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Observasi terbuka, yaitu pada posisi
ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan
responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti
terjadi interaksi secara langsung.
b) Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini
kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari
responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.
c) Observasi tidak langsung, yaitu pada
kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun
mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.[4]
- Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula
bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi,
kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place),
dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada
tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dsb.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
a) Pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya.
b) Check-list,
yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti
tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.[5]
- C. Pengadaan
Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka
peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa
instrumen yang sudah distandardisasikan antara lain : tes intelegensi, tes
minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tes
prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah:
- Perencanaan
meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel.
Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel
spesifikasi.
- Penulisan
butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman
wawancara.
- Penyuntingan,
yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar,
kunci jawaban, dll.
- Uji-coba,
baik dalam skala kecil maupun besar.
- Penganalisaan
hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
- Mengadakan
revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri
pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Ada dua macam tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah
subjek yang berbeda :
- Uji
coba untuk tujuan manajerial dan substansial. Uji coba untuk tujuan
pertama ini lebih menitikberatkan pada segi teknis. Peneliti menyebutkan
tujuan uji coba adalah:
- Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen,
apakah responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
- Untuk mengetahui teknik paling efektif
- Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh
responden dalam mengisi angket.
- Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di
dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
- Uji coba untuk tujuan keandalan instrumen.
- D. Keampuhan
Instrumen
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil
penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data.
Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang
ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas
dan tingkat reliabilitasnya.
- Validitas
instrument penelitian.
Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu
instrmen. Suatu instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi.
suatu instrument dikatan valid jika instrument tersebut benar-benar mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America
Psychologocal Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50)
adalah sebagai berikut:
a) Validitas isi, yaitu suatu
instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu
validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrument dengan konstruksi teoritik
di mana instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu
validitas yang didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut memprediksi
hal-hal yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable
yang diukur atau diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu
validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen
lain yang terkait dengan variable yang dilibatkan.
Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
a) Validitas internal, yaitu
validitas yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari instrument
terhadap instrument secara keseluruhan.
b) Validitas eksternal, yaitu
validitas yang didasarkan pada data-data atau informasi lain yang terkait
dengan variabel yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
- Reliabilitas
instrument
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat
kehandalan, atau tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument
dikatakan reliabel jika instrument itu memiliki reliabilitas yang tinggi.
Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Reliabilitas internal,
yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan antar
bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya
mengadakan satu kali pengetesan atau uji coba.
b) Reliabilitas eksternal,
yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan terhadap
hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau dengan instrument
lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali
pengetesa atau uji coba.
- E. Skala Pengukuran
Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data,
di samping tujuan ingin dicapai dari analisis data, ada faktor lain yang
mempengaruhi keputusan yang akan diambil kaitannya dengan cara mengukur data
tersebut. Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara
mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika
disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap)
adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari
keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam
bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
- Skala
nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data
adalah skala nominal. Skala ini hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu
mengidentifikasi dan membedakan. Contoh aplikasi skala nominal ini, antara
lain: hobi olahraga para mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa Arab IAIN SA
Surabaya, maka alternative jawaban mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang,
bola voli, tenis meja
, bulu tangkis, atau jenis olahraga lainnya.
- Skala
ordinal
Skala ini memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan
dengan skala pengukuran nominal. Karena skala ordinal memiliki dua fungsi,
yaitu selain fungsi membedakan juga memiliki fungsi mengurutkan. Contoh dalam
suatu desa, dilakukan penelitian tentang tingkat pendidikan penduduk, maka
alternative jawaban responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau S3.
Data-data ini selain dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD urutan
ke-1, SMP urutan ke-2, SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5, dan S3
urutan ke-6.
Skala ordinal sering digunakan dalam kegiatan penelitian
maupun anlisis kebutuhan. Contoh yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam
kuesioner tertutup, responden disuruh memilih empat pilihan, tidak setuju (TS),
kurang setuju (KS), setuju (S) samgat setuju (SS) atau dengan pilihan tidak
puas (TP), kurang puas (KP), puas (P), sangat puas (SP).
- Skala
interval
Skala ini memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap
disbanding skala nominal dan ordinal. Selain memiliki fungsi pembeda dan fungsi
mengurutkan, skala interval juga memiliki fungsi penjumlahan dan pengurangan.
Sebagai contohnya ukuran derajat dalam thermometer celcius 16o+32o Celcius
= 48o Celcius.contoh alat ukur data dengan skala interval
adalah alat suhu manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit, Celcius,
Kelvin, maupun Reamur.alat ukur IQ manusia juga menggunaka alat ukur interval.
Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang disebabkan karena tidak memiliki
titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat dibandingkan.
- Skala
rasio
Jika tiga skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak
bisa dibandingkan, data dengan skala rasio dapat difungsikan sebagai data
yang dapat diurutkan, dapat dijumlah, dikurangi dan dibandingkan. Dapat
dikatakan skala rasio adalah skala yang paling lengkap. Di samping itu, skala
rasio juga memiliki titik awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga
dengan alat ukur ini sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan,
danpengurangan dapat dilakukan terhadap data dengan skala ini. Hampir semua
alat di bidng ilmu pengetahuan alam dan teknologi menggunakan alat ukur rasio.
Contoh skala pengukuran rasio adalah data yang diukur dari alat ukur berat
dengan satuan berat seperti kilo gram, ons, gram, dan semacamnya untuk massa,
kilometer, meter dan semacamnya untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk
kecepatan, jam , menit atau detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.
- F. Skala Pengukuran Sikap
Beberapa penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap
siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu sebagai variabel penelitian.
Untuk mengukur sikap siswa tersebut diperlukan suatu instrument yang dapat
mengukur sikap siswa. Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai berikut:
- Skala
Likert, yaitu skala sikap yang menggunakan 5 pilihan jawaban responden.
Kelima itu adalah: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Contoh angket yang menggunakan
skala ini telah disajikan pada pembahasan tentang instrument angket.
- Skala
Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan
di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara
mudah dan sukar, dan sebagainya.
- Skala
Thurstone, yaitu skala butsikap yang menggunakan pembobotan butir-butir
pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta
memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan. Masing-masing
pernyataan sudah diberi skor atau bobot, maka setelah responden menjawab
angket maka skornya sudah dapat ditentukan dengan menjumlah skor dari 5
pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
- Skala
Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap
tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap. Pada skala ini
disajikan beberap pernyataan yang diurutkan secara hirarkis, untuk melihat
sikap tertentu dari responden. Jika responden member jawaban "tidak”
pada butir ke 3 misalnya, maka ia pasti akan menyatakan lebih dari
"tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir pernyataan
yang berurutan adalah sebagai berikut:
1) Belajar di rumah selama120
menit
2) Belajar di rumah selama 90
menit
3) Belajar dirumah selama 60
menit.
Jika siswa memberiak jawaban "tidak” pada nomor 3, maka
dapat disimpulkan bahwa untuk butir ke-2 dan ke-1 lebih dari "tidak”.
KESIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel
penelitian. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya kita akan meneliti
tentang "Pengaruh keaktifan dosen dan minat baca terhadap prestasi
mahasiswa PBA”. Maka dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu:
- Instrumen
untuk mengukur keaktifan dosen
- Instrumen
untuk mengukur minat baca
- Instrumen
untuk mengukur prestasi mahasiswa PBA
Secara umum instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua
kelompok, yaitu instrumen tes dan instrument non tes. Instrument tes dapat
berupa seperangkat tes sesuai dengan kemampuan yang ingin diukur. Sedangkan
instrument non tes dapat berupa kuesioner atau angket, observasi,interviu atau
wawancara, dan dokumentasi.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah:
- Perencanaan
meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel.
Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel
spesifikasi.
- Penulisan
butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman
wawancara.
- Penyuntingan,
yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar,
kunci jawaban, dll.
- Uji-coba,
baik dalam skala kecil maupun besar.
- Penganalisaan
hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
- Mengadakan
revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri
pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil
penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti
harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh.
Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan
tingkat reliabilitasnya.
Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam
cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut
jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks
(lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala
rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian
diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari
subjek penelitian.
Sedangkan Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument
yang dapat mengukur sikap siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan menggunakan 5
pilihan jawaban responden, yakni Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Diferensial Semantik,
yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas
ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan
sebagainya. Skala Thurstone, yaitu skala buat sikap yang menggunakan pembobotan
butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta
memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan yang masing-masingnya
diberi bobot nilainya. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat
digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari
beberapa sikap.
[1] Margono,s. Metodologi penelitian pendidikan,Jakarta
: PT Rineka Cipta,1997.hal
[2] Dr.Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi penelitian
kualitatif,Bandung : Remaja Rosdakarya,2002.hal 19
[3] Prof.Dr.suharsini arikunto.Prosedur Penelitian,Jakarta
: PT Rineka Cipta.2002.hal 129
[4] Ibid hal 101
[5] Ibid hal 136