Senin, 29 September 2014

Proposal Penelitian Pendugaan dan Penggalian Potensi Desa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Proposal Penelitian Pendugaan dan Penggalian Potensi Desa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
( Penelitian Sosial Masyarakat dan Pemerintaha Mandiri Studi Kasus di Kecamatan Purwojati)

Peneliti
Raras Wuri Miswandaru, SPdI

Staff Peneliti
Pengurus Pemuda Pakarti
Pengurus Yayasan Guru Ngaji Indonesia Cabang Banyumas

A. Pendahuluan

Kecamatan Purwojati dari dahulu merupakan daerah pinggiran dalam hitungan skala pemerintahan Kabupaten Banyumas, sehingga selalu kalah dalam pengambilan keputusan di tingkat Kabupaten untuk pembangunan Purwojati. Kecamatan Purwojati memiliki potensi yang sangat besar namun rakyatnya tidak mau atau mungkin tidak bisa memanfaatkan potensi desa tersebut. Kecamatan Purwojati memiliki 2 Hutan milik negara padahal daerah lain hanya satu hutan. di daerah tertentu tanahnya mengandung emas walau mungkin tidak sebanyak di daerah lain.

Potensi demografi kecamatan Purwojati tidak dimanfatkan dengan baik sehingga masyarakat banyak yang keluar mencari penghidupan dikota. hal ini sangat memprihatinkan sehingga kecamatan Purwojati sulit untuk membanguna daerah dengan cepat.





Minggu, 28 September 2014

Perbedaan Majalah, Tabloid, Dan Buletin

PerbedaanMajalah, Tabloid dan Buletin


            Banyak orang yang masih sukar untuk membedakan antara majalah, tabloid dan buletin secara fisik maupun konten atau isi yang terkandung. Disini penulis ingin memberikan informasi, tentang apa perbedaan ketiga media cetak tersebut, yang diantaranya:

Majalah

-          Ukuran umumnya A4, Letter dan B5 atau F4
-          Kertas yang digunakan lebih halus dan tebal (art paper/art carton)
-          memuat artikel yang berisi topik popular bagi masyarakat umum

Tabloid

-          Ukuran umumnya A3
-          Kertas yang dipakai lebih kasar dan tipis (kertas koran)
-          Cenderung mengangkat artikel tentang gosip, astrologi, berita kriminal dan olahraga

Buletin

-          Ukuran umumnya F4, A5 atau A4
-          Kertas yang digunakan lebih halus (art paper)
-          memuat artikel yang berisi topik kejadian popular

Sabtu, 27 September 2014

Rakyat Butuh Makan-Usaha Bukan Pilkada Langsung atau Tidak Langsung

Setelah diberlakukannya Undang-undang Pilkada tak langsung, sebagian rakyat ada yang protes tidak setuju, dari yang tidak setuju ada 2 golongan yaitu korban informasi dan pemberitaan bodoh dan sebagian karena adanya kepentingan para pimpinan yang tidak mau dikontrol, dengan alasan dia dipilih oleh rakyat , walau yang memilihnya 60 % mau mengoreksi pemimpin tersebut dia akan berkelit bahwa mereka itu bukan pemilihnya,  padahal mereka pemilihnya dan yang bukan pemilihnya akan diakui sebagai pendukungnya. itulah mulut politikus busuk, seperti kita lihat pemimpin DKI sekarang. Dia akan melawan siapa saja yang tidak se-ide dengan dia, padahal dahulu yang sekarang digusur dalam bedeng-bedeng itu adalah pemilih mereka semua.

Politik demokrasi seperti itu terus diperjuangkan oleh sebagian kecil orang yang melek internet, tetapi kenyataan dimasyarakat adalah yang terpenting adalah mereka mudah memperolah pekerjaan, berusaha dan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kalau ada yang tidak percayamengenai hal ini, silahkan buat survai dan penelitian dengan disuruh memilih :
pilihan Pertama :PILKADA LANGSUNG TAPI TIDAK ADA JAMINAN berusaha, pekerjaan dan kebutuhan mudah atau dengan
Pilihan kedua : Hidup dengan kondisi pemerintahan mudah dalam berusaha , mendapat pekerjaan dan memenuhi kebutuhan dengan mudah dan murah.

Kalau ada yang mengatakan pilihan pertama pasti akan menang, mereka adalah orang yang tidak pernah hidup dimasyarakat kelas bawah, atau tidak pernah tanya kepada orang-orang yang digusur itu. atau tidak tanya kepada ibu-ibu ketika berbelanja dan memenuhi kebutuhannya.

Rakyat butuh usaha,. pekerjaan , kebutuhan murah dan mudah. Apakah dalam 10 tahun dalam proses pilkada langsung hal tersebut sudah didapatkan oleh rakyat ?

Belum lagi secara perundang-undangan , Bahwa Pilkada langsung adalah sangat bertentangan dengan UUD 1945, karena yang diatur dalam UUD adalah pilpres.atas dasar apa dilakukannya Pilkada langsung.

Kalau semuanya karena keinginan sebagian orang kenapa ada sebagian besar umat Islam menginginkan kembalinya Piagam Jakarta juga tidak diperbolehkan? pasti jawabannya akan berbelit-belit , padahal hal tersebut sudah ada sejak RI mau didirikan tetapi apa pernah mereka memikirkan keinginan sebagian masyarakat tersebut sampai sekarang?

Jumat, 26 September 2014

Simbah Wuri Belajar Kepada Bing Slamet Di Pencanangan Hari Komedi Nasional

Pada tanggal 27 September 2014 dicangankan sebagai Hari Komedi Nasional, tanggal itu diperingati berdasarkan kiprahnya pelawak senior dan kawakan yaitu Bing Slamet yang banyak melakukan kebiatan biddang seni yang digelutinya, bukan saja di bidang lawak tetapi dia juga ahli di dunia film, dalam masa 20 tahun dia menghasilkan karya 23 film. Meninggal di usia 47 tahu kurang 10 hari, dia menghasilkan banyak karya yang dinikmati dan sangat menghibur rakyat Indonesia

Dari kegiatan dan aktivitas Bing Slamet itu Simbah Wuri mengambil pelajaran bahwa dalam hidup yang singkat seseorang dapat menghasilkan karya baik dan banyak sehingga orang akan menghargai lewat karyanya bukan dari janji-janji politik, seperti politikus jaman sekarang, yang hanya mendatangkan kesengsaraan buat rakyat karena kasus amoral mereka. Kita tahu para politikus hanya mementingkan golongan, partai dan kelompoknya saja.

Oleh karena itu simbah wuri akan tetap berkarya dan beramal buat masyarakat sesuai kemampuan, seperti yang selama ini lakukan dengan mendirikan dan mengembangkan lembaga swadaya masyarakat dan sosial serta organisasi diantaranya yaitu:

  1. Yayasan Guru Ngaji Indonesia (YGNI)
  2. Pondok Pesantren Shidiqiin Wara`
  3. LaziswaqYGNI
  4. BP Makmur
  5. Pemuda Pakarti
  6. TBM Media Cerdik
  7. Jurnal Guru
  8. Jurnal Dialektika Didaktika
  9. dan lainnya


Selamat Hari Komedi Nasional Indonesia, Semoga Jasa-jasa Bing Slamet dibalas oleh Allah SWT.

Pengertian Paper, Jurnal, Prosiding, dan Buletin

Raras Wuri Miswandaru. Pengertian Paper, Jurnal, Prosiding, dan Buletin

1. Paper adalah artikel ilmiah yang ditulis dalam format tertentu. Biasanya paper adalah hasil penelitian baru. Tetapi paper bisa juga merupakan review dari penelitian2 yang sudah ada sebelumnya.
2. Jurnal (journal) adalah media (semacam majalah) tempat dipublikasikannya paper-paper. Jurnal yang baik memiliki mekanisme peer-review untuk menyeleksi untuk menentukan apakah sebuah paper yang di-submit ke jurnal tsb layak diterbitkan atau tidak.
3. Prosiding (proceeding) mirip dengan jurnal, juga merupakan tempat dipublikasikannya paper-paper. Beda prosiding dengan jurnal adalah, prosiding hanya menerbitkan paper-paper yang diseminarkan dalam seminar/conference tertentu. Juga, prosiding biasanya tanpa mekanisme peer review.
Artikel adalah karya tulis atau karangan factual secara lengkap dan panjang tententu yang dibuat untuk dipublikasikan  (melalui Koran, majalah, bulletin, dsb) dan bertujuan menyampaiakn gagasan, kritik, dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, mempengaruhi dan menghibur

Rabu, 24 September 2014

Syarat-Syarat Penelitian Ilmiah

Syarat-Syarat Penelitian Ilmiah
ada beberapa persyaratan penelitian yang penting dan harus diketahui terlebih dahulu. Berikut akan kami rangkum secara jelas dibawah ini.

1.Syarat-syarat dari latar belakang masalah :

1)       Argumentasikan urgensi penelitian, jadi orang percaya bahwa kejadian itu perlu untuk diteliti
2)       Bagaimana meyakinkan terhadap pembaca bahwa hal itu penting
3)       Kemukakan fakta-fakta awal dengan kongkrit
4)       Jelaskan kesenjangan yang ada di antara dassain / keadaan yang ada dengan dassolen / keadaan yang diinginkan.
5)       Perlu segera ditangani dan perlu diteliti
6)       Jelaskan ide-ide awal
2. Syarat-syarat rumusan masalah :

1)        Berisi pertanyaan yang nantinya akan dijawad lewat pengumpulan data, pengolahan serta analisis data.
2)        Rumusan masalah sebaiknya tersusun dari 2 / 3
3)        Harus memiliki referensi ( tijauan pustaka )
4)        Tinjauan pustak Landasan teoritis = setiap teori memiliki asumsi yang sesuai dengan keadaan nyata di masyarakat.
5)        Landasan empiris = menyusun hasil penelitian dari orang lain yang
lalu digunakan sebagai landasan yang melengkapi susunan ilmiah yang sebelumnya sudah ada.
  Kerangka pikir adalah ide gagasan yang berasal dari peneliti serta melihat hubungan sesudah membaca referensi, lalu memilih pendekatan apa yang digunakan.Jenis-jenis penelitian menurut tujuan :

a.       Penelitian murni 

Adalah penelitian yang dilakukan sekedar untuk memahami fenomena organisasi dengan mendalam serta hasil penelitian tersebut digunakan untuk pengembangan ilmu manajemen / administrasi.
b.      Penelitian terapan

Adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang nantinya bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah.

c.       Penelitian survey 

Merupakan penelitian yang diarahkan pada populasi besar / kecil, namun data yang dipahami merupakan data dari contoh yang diambil dari organisasi tersebut, jadi ditemukan kejadian relatif, distributif, serta hubungan antar variabel. Seperti : penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kecenderungan warga dalam memilih calon pemimpin nasional serta daerah, kualitas masyarakat Indonesia dilihat dari SDM nya.
d.      Penelitian sx post facto 

Merupakan sebuah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki kejadian yang sudah terjadi serta kemudian untuk mengetahui faktor-faktor yang bisa menyebabkan kejadian ini muncul. Misalnya : penelitian untuk menjelaskan sebab terjadinya kebakaran di dalam sebuah gedung pemerintahan / penelitian untuk mengungkapkan penyebab munculnya kerusuhan pada suatu daerah.
1.      aadalah mereview pendapat-pendapat dari orang lain dan terbagi menjadi 2 yakni :


Selasa, 23 September 2014

Transparansi dan Kapabilitas DPRD Banyumas Patut Dipertanyakan

Raras Wuri Miswandaru, Sebagai lembaga legislatif DPRD Banyumas dilihat dari masyarakat tidak banyak berpengaruh, hal ini karena fungsi sebagai legislator untuk periode 2009-2014 sangat kurang. Masyarakat harusnya diberi kenyamanan dan kemudahan serta jaminan keadilan dalam hidup dan berusaha di Kabupaten Banyumas. Produk-produk perda banyak yang tidak tercapai untuk dibahas dan ditetapkan sebagai Perda Banyumas.

Kita perlu pertanyakan transparasi dalam pengelolaan keuangan dan kinerja DPRD Kabupaten Banyumas, apakah bisa dipertanggungjawabkan dengan baik atau tidak. Kita lihat kemampuannya dan keseriusan DPRD Banyumas untuk bisa lebih dekat kepada rakyat seharusnya lembaga DPRD harus memiliki website tersendiri sebagai pertanggungjawaban moral dan hukum karena harus mensosialisasikan produk-produk hukum yang telah dibahas. Untuk mengoperasikan sebuah website pemerintahan apalagi hanya DPRD harusnya mudah, karena dana memang ada.

Sebagai seorang anggota DPRD juga nharus memiliki website baik berbayar atau yang gratisan selain berfungsi untuk pengenalan sosok dan perjuangannya dalam membela rakyat juga sebagai alat komunikas yang efisien terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan. kalau memang snggota tersebut memang benar kerja dalam membela rakyat.

Dalam kolom legislatif di website pemerintahan kabupaten banyumas khususnya di laman  http://www.banyumaskab.go.id/menu/313/pemerintah-daerah/legislatif  kosong menandakan adanya ketidakharmonisan lembaga legislatif dan eksekutif . program-program kerja Pemerintah Daerah harusnya tersosialisasikan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Banyumas dengan baik.

Penulis hanya sebagai guru ngaji saja telah membantu mencerdaskan dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai program dan peraturan yang ada di lebih dari 100 website tidak berbayar, hal itu bentuk kepedulian penulis terhadap pembangunan khususnya transparasi informasi kepada masyarakat.
penulis melakukan dengan ikhlas tanpa berbayar dan dilakukan dengan terencana dan terukur agar masyarakat memahami mengenai informasi pemerintahan lebih baik. Dalam era kemudahan infrmasi harusnya DPRD Banyumas memberikan kemudahan kepada masyarakat untu mencari informasi awal mengenai lembaga legislatif. Sebagai seorang guru, saya mengharapkan sekali adanya keterbukaan informasi karena mendidik bagi siswa-siswa agar lebih mengetahui mengenai anggota legislatif dan wakil mereka di DPED Banyumas.

Mbah Wuri Purwojati Masih Turunan Yudanegara Adipati Banyumas

Raras Wuri Miswandaru,SPdI. atau biasa dipanggil  Simbah Wuri adalah anak pasangan dari Almarkhum Kyai Muhammad Syechan dan Almarkhumah Rukiyah. Mreke berdua adalah pendiri Pesantren Shidiqin Naqsabany Purwojati Banyumas.
Silsilah Ibu Rukiyah adalah anak dari Sanmarta dan Rakem (Dunagara - Wangon). Sedangkan Kyai Muhammad Syechan anak dari Muhammad `Aly +
Muhammad `Aly adalah keturunan dari B anak dari Adik Adipati Patikraja anak dari D anak E anak dari F anak dari Yudanegara Adipati Banyumas




a'


Senin, 22 September 2014

Instrumen Dalam Penelitian

Instrumen Dalam Penelitian
A.    Pengertian / Definisi Instrumen
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-btul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru.
Sebelum mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti sebaiknya memperhitungkan terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan dalam penelitian. Apakah data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data nominal, ordinal, interval, ataukah data rasio? Apakah data primer atau data sekunder? Data kuantitatif data yang berkenan dengan jumlah. Data kualitatif berkenan dengan nilai kualitas baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Data kualitatif jika perlu dapat disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada kriteria yang jelas dan tegas penggunaanya.
Beberapa langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah :
a)      Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
b)      Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
c)      Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.
d)     Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
e)      Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.[1]
Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti. Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan” yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat dan dapat mengambil keputusan.[2]
Dalam penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian, menentukan hipotesis benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena dalam penelitian kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus dibuat terlebih dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang besok akan diajukan.
  1. B.     Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
    1. Instrumen Tes
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Macam-macam Instrumen tes:
  1. Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus,dll.
  2. Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
  3. Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
  4. Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
  5. Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
  6. Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
  1. Instrumen Nontest
    1. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:
a)    Kuesioner pilihan ganda
b)   Kuesioner isian
c)    Check list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)
d)   Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan kuesioner :
a)    Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b)   Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c)    Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.
Kelemahan kuesioner :
a)    Seringkali sukar dicari validitasnya
b)   Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
c)    Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.[3]
  1. Interview
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :
a)    Interview bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b)   Interview terpimpin di mana pewawancara deng membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
c)    Interview bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
Keunggulan teknik interview adalah:
a)    Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif tinggi dari responden
b)   Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan
c)    Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
d)   Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi.
  1. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a)    Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen pengamatan.
b)   Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai instrumen pengamatan.
Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a)    Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b)   Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a)    Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.
b)   Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.
c)    Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.[4]
  1. Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
a)        Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.
b)        Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.[5]
  1. C.    Pengadaan Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang sudah distandardisasikan antara lain : tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tes prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
  1. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
  2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
  3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
  4. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
  5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
  6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Ada dua macam tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah subjek yang berbeda :
  1. Uji coba untuk tujuan manajerial dan substansial. Uji coba untuk tujuan pertama ini lebih menitikberatkan pada segi teknis. Peneliti menyebutkan tujuan uji coba adalah:
    1. Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
    2. Untuk mengetahui teknik paling efektif
    3. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket.
    4. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
    5. Uji coba untuk tujuan keandalan instrumen.
  1. D.    Keampuhan Instrumen
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
  1. Validitas instrument penelitian.
Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen. Suatu instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument dikatan valid jika instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah sebagai berikut:
a)      Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang berlaku.
b)      Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrument dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
c)      Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau diungkap
d)     Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable yang dilibatkan.
Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
a)      Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
b)      Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau informasi lain yang terkait dengan variabel yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
  1. Reliabilitas instrument
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel jika instrument itu memiliki reliabilitas yang tinggi.
Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)      Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesan atau uji coba.
b)      Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.
  1. E.     Skala Pengukuran
Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data, di samping tujuan ingin dicapai dari analisis data, ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil kaitannya dengan cara mengukur data tersebut. Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
  1. Skala nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data adalah skala nominal. Skala ini hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Contoh aplikasi skala nominal ini, antara lain: hobi olahraga para mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa Arab IAIN SA Surabaya, maka alternative jawaban mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang, bola voli, tenis meja
, bulu tangkis, atau jenis olahraga lainnya.
  1. Skala ordinal
Skala ini memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan dengan skala pengukuran nominal. Karena skala ordinal memiliki dua fungsi, yaitu selain fungsi membedakan juga memiliki fungsi mengurutkan. Contoh dalam suatu desa, dilakukan penelitian tentang tingkat pendidikan penduduk, maka alternative jawaban responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau S3. Data-data ini selain dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD urutan ke-1, SMP urutan ke-2, SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5, dan S3 urutan ke-6.
Skala ordinal sering digunakan dalam kegiatan penelitian maupun anlisis kebutuhan. Contoh yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam kuesioner tertutup, responden disuruh memilih empat pilihan, tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju (S) samgat setuju (SS) atau dengan pilihan tidak puas (TP), kurang puas (KP), puas (P), sangat puas (SP).
  1. Skala interval
Skala ini memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap disbanding skala nominal dan ordinal. Selain memiliki fungsi pembeda dan fungsi mengurutkan, skala interval juga memiliki fungsi penjumlahan dan pengurangan. Sebagai contohnya ukuran derajat dalam thermometer celcius 16o+32Celcius = 48Celcius.contoh alat ukur data dengan skala interval adalah alat suhu manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit, Celcius, Kelvin, maupun Reamur.alat ukur IQ manusia juga menggunaka alat ukur interval. Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang disebabkan karena tidak memiliki titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat dibandingkan.
  1. Skala rasio
Jika tiga skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak bisa dibandingkan, data dengan skala rasio  dapat difungsikan sebagai data yang dapat diurutkan, dapat dijumlah, dikurangi dan dibandingkan. Dapat dikatakan skala rasio adalah skala yang paling lengkap. Di samping itu, skala rasio juga memiliki titik awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga dengan alat ukur ini sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan, danpengurangan dapat dilakukan terhadap data dengan skala ini. Hampir semua alat di bidng ilmu pengetahuan alam dan teknologi menggunakan alat ukur rasio. Contoh skala pengukuran rasio adalah data yang diukur dari alat ukur berat dengan satuan berat seperti kilo gram, ons, gram, dan semacamnya untuk massa, kilometer, meter dan semacamnya untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk kecepatan,  jam , menit atau detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.

  1. F.     Skala Pengukuran Sikap
Beberapa penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu  sebagai variabel penelitian. Untuk mengukur sikap siswa tersebut diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap siswa. Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai berikut:
  1. Skala Likert, yaitu skala sikap yang menggunakan 5 pilihan jawaban responden. Kelima itu adalah: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Contoh angket yang menggunakan skala ini telah disajikan pada pembahasan tentang instrument angket.
  2. Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya.
  3. Skala Thurstone, yaitu skala butsikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan. Masing-masing pernyataan sudah diberi skor atau bobot, maka setelah responden menjawab angket maka skornya sudah dapat ditentukan dengan menjumlah skor dari 5 pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
  4. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap. Pada skala ini disajikan beberap pernyataan yang diurutkan secara hirarkis, untuk melihat sikap tertentu dari responden. Jika responden member jawaban "tidak” pada butir ke 3 misalnya, maka ia pasti akan menyatakan lebih dari "tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir pernyataan yang berurutan adalah sebagai berikut:
1)      Belajar di rumah selama120 menit
2)      Belajar di rumah selama 90 menit
3)      Belajar dirumah selama 60 menit.
Jika siswa memberiak jawaban "tidak” pada nomor 3, maka dapat disimpulkan bahwa untuk butir ke-2 dan ke-1 lebih dari "tidak”.

KESIMPULAN

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya kita akan meneliti tentang "Pengaruh keaktifan dosen dan minat baca terhadap prestasi mahasiswa PBA”. Maka dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu:
  1. Instrumen untuk mengukur keaktifan dosen
  2. Instrumen untuk mengukur minat baca
  3. Instrumen untuk mengukur prestasi mahasiswa PBA
Secara umum instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes dan instrument non tes. Instrument tes dapat berupa seperangkat tes sesuai dengan kemampuan yang ingin diukur. Sedangkan instrument non tes dapat berupa kuesioner atau angket, observasi,interviu atau wawancara, dan dokumentasi.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
  1. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
  2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
  3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
  4. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
  5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
  6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
Sedangkan Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan menggunakan 5 pilihan jawaban responden, yakni Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya. Skala Thurstone, yaitu skala buat sikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan yang masing-masingnya diberi bobot nilainya. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap.

[1] Margono,s. Metodologi penelitian pendidikan,Jakarta : PT Rineka Cipta,1997.hal
[2] Dr.Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi penelitian kualitatif,Bandung : Remaja Rosdakarya,2002.hal 19
[3] Prof.Dr.suharsini arikunto.Prosedur Penelitian,Jakarta : PT Rineka Cipta.2002.hal 129
[4] Ibid hal 101

[5] Ibid hal 136

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls