Senin, 31 Maret 2014

Laporan Kerja Teknologi Traktor Pengolahan Tanah

MAKALAH PENGOLAHAN TANAH PERTAMA DAN KEDUA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Traktor merupakan mesin yang digunakan untuk menggerakan implement berupa bajak untuk melakukan kerja baik itu mengolah tanah, ataupun kerja stasioner. Dengan adanya traktor, traktor dapat meringankan kerja yang tidak manusiawi (Ade M Kramadibrata dalam kuliah Teknologi Traktor) seperti mencangkul lahan yang sangat luas dengan tenaga manusia. Dengan adanya traktor maka kerja-kerja yang seperti itu dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien, juga dapat meringankan beban petani sehingga petani dapat mengerjakan pekerjaan lain dalam proses produksi produk pertanian.
Pada proses produksi pertanian, pengolahan tanah merupakan tahapan yang paling membutuhkan banyak energi. Lebih dari separuh energi yang digunakan untuk proses produksi adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang pertamalah yang memerlukan energi yang paling banyak karena pada kegiatan ini berlangsung pemecahan tanah yang keras kedalam bongkahan-bongkahan tanah yang kelak akan dihancurkan dalam pengolahan tanah kedua. Oleh karena itu walaupun pengolahan tanah itu memerlukan energi yang besar sekli, kebanyakan petani masih menganggapnya perlu.

1.2Tujuan
  1. Memahami proses pengolahan tanah
  2. Menentukan kapasitas lapang teoritis pengolahan traktor.
  3. Menentukan kapasitas lapang efektif pengolahan traktor.
  4. Menentukan efisiensi lapang
  5. Mengetahui besarnya nilai slip yang terjadi pada saat pengolahan tanah dilahan pertanian .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kapasitas Lapang Pembajakan

Kapasitas lapang pembajakan menunjukan kemampuan traktor dalam mengolah lahan dalam luasan dan waktu tertentu. Dimana hal ini dapat kita peroleh dengan membandingkan anatara kapasitas lapang pembajakan secara teoritical dengan kapasitas lapang pembajakan secara actual dilapangan.
Kapasitas lapang pembajakan menunjukan seberapa besarnya efekifitas pembajakan yang dapat terjadi dan dilangsungkan, dengan nilai akurasi dalam persen.

a. Kapasitas Lapang Pembajakan Teoritis
KLT = Wt. V
Dimana :
KLT = Kapasitas Lapang Teoritis ( Ha/jam )
Wt = Lebar Kerja Teoritis ; lebar bajak ( m )
V = Kecepatan Kerja Konstan Teoritis ( m / s )
1 ha = 10,000 m/s
b. Kapasitas Lapang Pembajakan Aktual
KLA = Wt. V
Dimana :
KLA = Kapasitas Lapang Aktual ( Ha/jam )
Wt = Lebar Kerja Aktual ( m )
V = Kecepatan Kerja ( m / s )
1 ha = 10,000 m/s
c. Efisiensi Kapasitas Pembajakan
clip_image004
Slip
Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran roda berulang – ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip akan membuat traktor sukar untuk melaju, kemampuan laju berkurang, jarak tempuh lebih sedikit, dan waktu pembajakan menjadi lebih lama.
Rumus Slip:
clip_image006
Dimana :
S0 = Jarak tempuh teoritis traktor selama X putaran roda belakang ( m ).
Sb = Jarak tempuh aktual traktor selama X putaran roda belakang ( m ).
Skid
Skid adalah kondisi traktor bergerak dalam kondisi bergeser. Perputaran roda terjadi yang kemudian diiringi dengan pergeseran keadaan traktor, atau kendaraan lainnya dari kedudukannya semula.Dengan demikian traktor akan mengalami irama pergerakan yang tidak stabil yang mengelok – elok saat ia berjalan walaupun perputaran rodanya tinggi pada saat itu.
Overlapping
Overlapping menunjukan adanya ketumpang tindihan pengolahan tanah pada lahan. Saat pembajakan kedua akan mengambil sedikit bagian alur pembajakan sebelumnya yang kemudian secara otomatis akan menggerus alur pembajakan pertama sekaligus menimbun sebagian areal pada alur pembajakan sebelumnya tersebut.
Overlapping dilakukan untuk mengurangi luas areal lahan yang tidak terolah pada lahan tersebut, walaupun sebenarnya akan mempengaruhi dan memperlama waktu pembajakan yang terjadi.
Kondisi Tekanan Dalam Tanah
Yang dimaksud dengan tekanan total pada suatu bidang permukaan tanah adalah beban persatuan luas.
clip_image008
Dalam hal ini:
σ = tekanan total
P = beban total
A = luas penampang permukaan tanah
Tekanan tersebut mungkin karena :
  1. Berat sendiri tanah ( berat jenuh, jika tanahnya jenuh ).
  2. Berat luar diatas tanah.
Tekanan total terdiri dari dua komponen yang berbeda :
  1. Tekanan efektif antar butir – butir tanah.
  2. Tekanan netral / pori.
Tekanan Vertikal
a. Beban terpusat / titik berdasarkan persamaan Boussinesq
Boussinesq ( 1885 ) memecahkan masalah distribusi tekanan dalam tanah karena beban terpusat di atas permukaan tanah, dengan menganggap sebagai fungsi tekanan yang sesuai. Anggapan – anggapan yang digunakan untuk memecahkannya berdasarkan teori elastisitas sebagai berikut:
· Tanah merupakan medium elastis yang dalam hal ini modulus elastisitas tanah tetap.
· Tanah dianggap homogen, yaitu semua bagian unsur atau element sama dan mempunyai sifat- sifat sama pada setiap titik dalam arah yang sama.
· Massa tanah dianggap isotropis , yaitu memiliki sifat – sifat elastis sama kesemua arah yang melalui setiap titik.
· Massa tanah dianggap semi – tak terbatas ( semi infinite ), yaitu memanjang tak terbatas dalam semua arah kebawah atau permukaan tanah.
Persamaannya : clip_image010
clip_image012
b. Diagram distribusi tekanan
Dengan menggunakan teori diagram tekanan Boussinesq, maka diagram – diagram distribusi tekanan vertikal.
· Tekanan isobar atau diagram isobar
Isobar adalah kurva atau garis yang menghubungkan semua titik di bawah permukaan tanah yang mempunyai tekanan vertikal sama. Isobar ini merupakan bentuk bola lampu ( bulb ), karena tekanan vertikal pada bidang mendatar adalah sama dalam semua arah pada titik – titik yang mempunyai jarak sama terhadap sumbu beban.
Jika harga isobar; SZ=0,25Q atau 25 %Q tiap satuan luas digambarkan, berdasarkan persamaan :
clip_image014
Harga – harga z dipilih sedemikian rupa dan harga KB dihitung dengan persamaan tersebut.
clip_image016Dengan mengunakan perhitungan secara tabel, maka diagram isobar tersebut dapat digambarkan.
 
 clip_image018
· Distribusi tekanan vertikal pada bidang mendatar
Distribusi tekanan vertikal pada suatu bidang mendatar pada kedalaman = z dibawah permukaan tanah karena beban terpusat dapat ditentukan dengan persamaan :
clip_image020
Dalam hal ini :
z = kedalaman yang diketahui
· Distribusi tekanan vertikal pada garis vertikal.
Persamaan yang dipakai sebagai dasar perhitungan :
clip_image020[1]
Dengan r tetap dan z variable, dapat ditentukan dimana letak sz maksimum dengan sudut b tertentu pula.
Dengan menggunakan tabel seperti tersebut dibawah ini dapat diketahui σZ maksimum dengan mengambil harga: r = 1 satuan.
Kekuatan Geser / Gesek Tanah
Jika tanah dibebani, maka akan mengakibatkan tegangan geser / gesek. Apabila tegangan geser akan mencapai harga batas, maka massa tanah akan mengalami deformasi dan cenderung akan runtuh. Keruntuhan tersebut mungkin akan mengakibatkan fondasi mengambang atau pergerakan / pergeseran dinding penahan tanah atau longsoran timbunan tanah. Keruntuhan geser dalam tanah adalah akibat gerak relatif antara butir –butir massa tanah. Jadi kekuatan geser tanah ditentukan untuk mengukur kemampuan tanah menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan.
Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :
  1. Geseran struktur karena perubahan jalinan antara butir – butir massa tanah.
  2. Geseran dalam ke arah perubahan letak antara butir – butir tanah sendiri dan titik – titik kontak yang sebanding dengan tegangan efektif yang pada bidang geser.
  3. clip_image022Kohesi atau adhesi antara permukaan butir – butir tanah yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatan butirnya.
Parameter Kekuatan Geser / Gesek : c dan Ø
Hipotesis pertama mengenai kekuatan geser tanah dikemukakan oleh Coulomb ( sekitar tahun 1773 ) sebagai berikut :
s = C + fσ
atau
s = C + σ tan Ø
Dalam hal ini :
s = kekuatan / tegangan geser.
C = kohesi
F = tan Ø = faktor geser di antara butir – butir yang bersentuhan.
Ø = sudut geser dalam tanah
σ = tegangan/tekanan normal
Persamaan ini sebenarnya tidak dapat tepat sama sekali serta nilai C dan Ø yang diperoleh dari percobaan dilaboratorium tergantung pada cara pengukurannya.
Kemudian persamaan coulomb tersebut diubah oleh Terzaghi ( tahun 1925 ) dengan memasukan unsur tekanan air pori dan dibuktikan pula oleh Hvorslev ( 1937 ). Oleh karena itu, persamaan berikut ini dikenal dengan persamaan Coulomb-Hvorslev.
s = C’ + σ’ tan Ø’
Dalam hal ini :
C’ = kohesi tanah dalam kondisi tekanan efektif
Ø’ = sudut geser dalam tanah kondisi efektif
σ’ = tegangan/tekanan efektif
= σ – u
u = tekanan pori
Hubungan antara kekuatan geser (s), kohesi (C) dan tekanan efektif (σ’) tampak seperti gambar berikut :
Draft Tanah dan Unit Draft Tanah
Draft tanah adalah besarnya gaya yang dibutuhkan oleh objek olah dalam mengolah tanah pada arah dan kedalaman tertentu akibat adanya reaksi dari tahanan geser dan penetrasi dari tanah tersebut
Unit draft adalah besarnya gaya yang dibutuhkan dalam pengolahan tanah per luasan bidang olah tertentu pada lebar dan kedalaman olah tertentu . Dimana unit draft tanah ini bisa disebut sebagai draft tanah per satuan penampang pengolahan kerja tanah.
Adanya draft dan unit draft tanah ini diakibatkan oleh adanya aksi dan reaksi dari tanah tersebut terhadap beban dan gaya yang diberikan oleh objek kerja pada bidang tanah tersebut.
clip_image024
Berdasarkan diatas , maka draft tanah adalah suatu komponen horizontal yang segaris dengan arah pergerakan mesin terhadap tahanan tanah yang berlaku.
Kegunaan mengetahui draft dan unit draft tanah :
1. Dapat digunakan sebagai parameter penting dalam menentukan daya olah piranti kerja ( bajak dan traktor ) pada lahan.
2. Dapat menentukan karakteristik tanah pada lahan olah.
3. Dapat digunakan dalam penentuan perancangan alat mesin pertanian terutama yang berhubungan dengan pengolahan tanah.
4. Dapat digunakan untuk menentukan luasan bidang penampang pengolahan pada bajak, dsb yang sesuai dengan kondisi lahan.
5. Mengetahui tingkat aerasi tanah.
6. Mengetahui daya gembur tanah.
Daya pembajakan = unit draft x luas penampang olah x kecepatan maju ( olah )
Atau
P = Ds x A x V
Dimana :
P = Daya ( Watt )
A = Luas Penampang Olah/ bajak ( m2 )
V = Kecepatan olah ( m/s )
Pengukuran Draft
a. Menggunakan Load cell sebagai transducer untuk mengukur gaya ( draft ) yang terjadi.
b. Melakukan pembajakan langsung dilapangan.
c. Melakukan penelitian dilaboratorium dengan kondisi terkendali.
· Dengan menggunakan cone penetrometer ( untuk Ci )
· Cassagrande ( untuk mencari IP tanah ).
· Shears Strenght ( Untuk mencari Ss ; F’ ).
Pendugaan Draft
Draft penting untuk diketahui dalam hubungannya :
a. Pemilihan traktor untuk bajak tertentu.
b. Pemilihan bajak / implement untuk traktor tertentu.
Oleh karena itu, draft sebaiknya diketahui sebelum operasi mesin lapangan dilaksanakan.
Tahanan Spesifik
clip_image026
clip_image028
Dimana :
F = tahanan Spesifik ( N/ cm2 )
Ci = nilai cone indeks
Unit Draft = Tahanan spesifik x Percepatan gravitasi
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Waktu : Kamis, 20 November 2008
Jam : 10.00-selesai
Tempat : Kebun Percobaan
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat (mesin) yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Mesin traktor, sebagai penggerak utama implement.
2. Meteran gulung
3. Patok, sebagai tanda pada lahan.
4. Alat tulis
5. Stopwach
6. Kalkulator
3.3. Prosedur Praktikum
1. Pola pengolahan tanah
  1. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran Kapasitas Lapang.
  2. Mengukur lahan seluas 10 m x 40 m, kemudian memberi tanda dengan patok/tali pada bagian ujung/sudutnya.
  3. Menyiapkan traktor sedemikian rupa sehingga implement traktor tepat pada garis awal area pembajakan.
  4. Menghitung lamanya waktu gerak / pembajakan traktor dari awal penurunan bajak ke lahan, membajak, hingga operator mengangkat kembali implement dari traktor ketika traktor telah sampai diujung tepi area pembajakan yang lainnnya.
  5. Menggerakan traktor mengelilingi lahan yang belum diolah dalam arah berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
  6. Pada sisi lahan yang panjang, bajak diturunkan (melakukan pengolahan tanah) dimulai dari sisi terluar lahan.
  7. Setelah traktor sampai pada headland, mengangkat bajak dan traktor melintasi headland menjuju sisi panjang lahan yang lain (bersebrangan) untuk pengolahan tanah yang berikutnya.
  8. Mencatat data pengukuran diatas.
2. Pengukuran
  1. Mengukur lebar kerja implement diukur dari sisi ke sisi, dimulai dari sisi terluar. Pada setiap kali putran traktor, memberi patok disetiap sisi olahan tanah sebagai tanda, pengukuran slip dilakukan mengacu pada patok terluar.
  2. Mengukur kecepatan maju dengan cara menghitung waktu yang dibutuhakan untuk membajak sepanjang sisi panjang lahan. Dengan kecepatan maju rata-rata adalah hasil bagi jarak dengan waktu tempuh.
  3. Mengukur waktu untuk pemasangan implement, istirahat operator dan waktu berbelok sebagai waktu hilang
  4. Mengukur slip dengan melakukan pengukuran 5 kali putaran roda. Memberikan patok sebagai tanda dimulainya dan berakhirnya putaran roda.
clip_image030
clip_image032
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Ø Te1 = 2 menit 26 detik
Ø Te2 = 4 menit 5 detik
Ø Te3 = 2 menit 3 detik
Ø Te total = 8 menit 34 detik
Ø Waktu total = 15 menit = 0,25 jam
Ø Waktu hilang (Tn) = 0,1023 jam
ET = clip_image034x 100 %
clip_image036 x 100 % = 57,108 %
KLE =clip_image038
clip_image040 = 0,096 clip_image042
V1 = clip_image044 = clip_image046 = 0,13 clip_image048
V2 = clip_image050 = clip_image052 = 0,08 clip_image048[1]
V3 = clip_image055 = clip_image057 = 0,16 clip_image048[2]
Vrata-rata = 0,1233 clip_image048[3]
KLT =clip_image059
clip_image061 = 98,4 clip_image042[1]
Ø Slip1 = 59 cm
Ø Slip2 = 108 cm
Ø Slip3 = 80 cm
Ø Slip rata-rata = 82,32 cm = 0,823 m
Ø Sb = 0,823 m
So = π x D x n
So = π x 1,2 m x 5 = 18,849 m
SLIP = clip_image064x 100 %
clip_image066x 100 %
= 95,63 %
Overlap
Lebar teoritis = 0,8 m
Lebar efektif :
Z1 = 61 cm
Z2 = 70 cm
clip_image068= 65,5 cm
Y1 = 53 cm
Y2 = 85 cm
clip_image070= 69 cm
X1 = 70 cm
X2 = 75 cm
clip_image072= 72,5 cm
Lebar efektif = clip_image074 = 0,6275 m
Overlap = clip_image076x 1000 %
clip_image078x 100 %
= 21,5625 %

IV.2. Pembahasan
Pada umumnya kapasitas lapang teoritis dan aktual memiliki perbedaan nilai yang cukup signifikan. Dalam prakteknya kapasitas lapang secara aktual akan lebih rendah dari kapasitas lapang teoritis ini disebabakan oleh beberapa faktor meliputi
1. Kondisi lahan
2. Kondisi dari traktor itu sendiri, apakah masih layak digunakan atau tidak.
Dari data yang kami dapat pada saat praktikum adalah kapitas lapang efektif sebesar 0,096 ha/jam dan kapasitas lapang teoritis adalah sebesar 98,4 ha/jam. Kapasitas lapang menunjukan seberapa besar luasan tanah yang dapat diolah oleh traktor persatuan waktu tertentu. Ini berkaitan dengan lebarnya daerah pembajakan oleh traktor, dan kecepatan traktor tersebut pada saat melakukan pengolahan tanah
Kapasitas lapang secara teoritis hanya membahas dan memperhitungkan luasan areal perlamanya waktu pembajakan tanpa memperhitungkan gangguan-gangguan yang ada dilapangan. Kapasitas lahan teoritis merupakan suatu kapasitas lahan ideal traktor dalam melakukan pembajakan pada suatu areal tertentu, dengan asumsi bahwa traktor dianggap berjalan dengan mulus tanpa hambatan dengan kecepatan konstan dan jarak yang ditempuh berdasarkan keliling roda traksi ban belakang traktor. Kapasitas ini memberikan gambaran seberapa besar kemampuan optimum traktor dalam mengolah tanah yang sebenarnya dilapangan.
Pada saat praktikum kondisi lapangan tidak bersahabat. Kondisi tanahnya memiliki kelembaban yang tinggi sehingga ban traktor tertutupi tanah sehingga alur ban traktor tidak bisa menggigit tanah akibatnya traktor banyak sekali slip nya. Praktikum kali ini mengalami hambatan dan hambatan itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi
1. Faktor Kelembaban Tanah Yang Tinggi
Kelembaban tanah yang tinggi membuat gerak traktor menjadi sulit, dan traktor sangat sulit berjalan lurus selalu berkelok – kelok, juga menimbulkan slip pada traktor serta ketidak seimbangan lainnya yang membuat arah pembajakan menjadi lebih luas dan lebih pendek dari semestinya.
2. Faktor Liat Pada Lahan Yang Tinggi
Kadar liat tinggi ditambah kondisi lahan setelah hujan, membuat lahan menjadi licin, tanah semakin liat. Distribusi tekanan traktor menjadi tidak merata pada setiap titiknya sehingga dengan demikian pergerakan traktor tidak stabil.
3. Faktor Konfigurasi Lahan Yang Tidak Beraturan
Pada kondisi lahan yang tidak beraturan dapat membuat nilai besaran pembajakan untuk setiap lokasi menjadi berbeda, kondisi pada saat kami praktikum memiliki kelembaban yang sangat tinggi sehingga traktor mengalami ketidakseimbangan sehingga pembajakan menjadi melebar atau menyempit. Belum lagi ada slip pada roda traktor yang sangat besar mengakibatkan laju gerak traktor tidak lurus menjadi berkelok-kelok sehingga mempengaruhi lebar lahan yang dibajak.
4. Kesalahan Operator Pada Saat Pengukuran Data
Faktor ini akan selalu menyertai dalam setiap pengukuran dilapangan. Factor ini kemungkinan besar terjadi pada saat pengukuran pada praktikum kali ini. Kesalahan pengukuran tersebut bisa pada saat mengukur mengukur lebar pembajakan. Kemudian kesalahan pembacaan ukuran pun dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang ada.
Overlapping pada saat pelaksanaan pembajakan dilapangan dapat kita amati Overlapping terjadi atau tidak bisa dilihat dari adanya gerusan dan gundukan yang menumpuk pada areal aluran pembajakan yang dilakukan sebelumnya.

BAB V
KESIMPULAN

1) Kapasitas teoritis pembajakan menunjukan seberapa besar kemampuan optimum traktor dalam membajak lahan pertanian dalam ha /jam.
2) Efisiensi pembajakan diperoleh dari seberapa besar kapasitas actual dan teoritis yang diperoleh pada traktor saat pengolahan lahan.
3) Slip dan Skid mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara umum dilapangan.
4) Umumnya pada lahan pertanian yang basah, kadar liat tinggi, dan konfigurasi lahan yang fluktuatif / tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor.
5) Besarnya overlapping akan mempengaruhi lamanya waktu pembajakan keseluruhan areal pembajakan yang akan dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA
Ali Hanafiah, Kemas.2005.Dasar –Dasar Ilmu Tanah.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Bowles, J.E.,1984.Sifat - sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.Alih bahasa Ir.Johan Kelanaputra Hainim.Jakarta : Erlangga.
Braja M.Das.,1993.Mekanika Tanah Jilid 1 ( Prinsip – Prinsip Rekayasa Geo Tehnis ).Jakarta : Erlangga.
Christiady Hardiyatmo, Hary.1992.Mekanika Tanah I.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Djatmiko Soedarmo, G., 1985. Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah., Universitas Merdeka Malang.
Djatmiko Soedarmo, G dan S.J.Edi Purnomo.,1997.Mekanika Tanah 1., Yogyakarta : Kanisius.
Hunt, Donnell.1983.Farm Power and Machinerry Management, eighht edition.Lowa State University Press : Ames.
Sunggono. 1984. Mekanika Tanah. Bandung : Nova.

sumber http://marwanard.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-teknologi-traktor.html

Sabtu, 29 Maret 2014

Makalah Sanitasi Peralatan Pengolahan Pangan

Makalah Sanitasi Peralatan Pengolahan Pangan
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

     Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaanmikrobiologi usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman.

     Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan tindakanpembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan yang benar ).

 
B.     RUMUSAN MASALAH
 
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan :

Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam sanitasi peralatan pengolahan pangan.


C.    TUJUAN

Untuk mengetahui langkah-langkah dalam sanitasi peralatan pengolahan pangan.

D.    MANFAAT

    Adapun manfaat yang kami harapkan setelah penulisan makalah ini yakni:

1.      Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan.

2.      Menambah pengetahuan, dan perubahan sikap para pembaca tentang sanitasi peralatan pengolahan pangan.


 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

     A. Sanitasi Peralatan Pengolahan Pangan

     Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).

B.    Sanitasi

     Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungikebersihan lingkungan dari subyeknya.

C.     Peralatan Pangan

     Peralatan pangan merupakan alat yang digunakan dalam mengolah bahan pangan.

D.    Pengolahan Pangan

     Pengolahan pangan adalah salah satu kegiatan dalam manajemen pelayanan makanan, yaitu mengolah bahan mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi.

E.    Sanitasi peralatan pengelolahan makanan


     Peralatan yang telah digunakan harus segera dibersihkan dan disanitasi /didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara maupun penyajian. Diketahui bahwa peralatan dapur seperti alat pemotong, papa pemotong, dan alat saji merupakan sumber kontaminasi potensial bagi makanan. Frekuensi pencucian alat tergantung dari jenis alat yang di gunakan, alat saji dan alat masak harus di cuci, di bilas dan disanitasi segera setelah digunakan. Adapun prosedur yang dilakukan dalam pembersihan peralatan pangan  adalah sebagai berikut :

1.      Pembuangan sisa makanan dan pembilasan

Sisa makanan di buang kemudian peralatan dibilas dan disemprot dengan air yang mengalir, tujuan tahap ini adalah agar air dalam bak-bak pencuci efisien penggunaanya.

2.      Pencucian

Pencucian dilakukan dalam bak pertama yang berisi larutan deterjen hangat, suhu yang digunakan berkisar antara 43 oC -490 oC (Gislen 1983). Pada tahap ini diperlukan alat bantu sikat dan spons untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan/lemak. Hal yang penting untuk di perhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen untuk mencegah pemborosan dan terdapatnya residu deterjen pada peralatan akibat penggunaan deterjen.

3.      Pembilasan 
Pembilasan dilakukan dalam bak kedua dengan menggunakan air hangat. Pembilasan dimaksudkan untuk menghilangkan deterjen dan kotoran. Air bilasan harus sering diganti, akan lebih baik jika digunakan air mengalir.

4.      Sanitasi/ desinfeksi

Sanitasi/ desinfeksi peralatan setelah pembilasan dapat dilakukan dengan beberapa metode, metode yang pertama adalah meletakanalat pada suatu keranjang kemudian merendamnya dalam bak ketiga yang berisi air hangat bersuhu 770C, paling lambat 30 detik, cara lainnya adalah dengan menggunakan bahan sanitaiser seperti klorin dengan dosis 50 Ppm dalam air bersuhu kamar 240C selama paling sedikit 1 menit, disarankan untuk sering mengganti air /cairan pada bak ketiga yang digunakan.

5.      Penirisan

Pengeringan peralatan kemudian ditiriskan dan dikeringkan, anginkan tidak diperkenankan mengerinkan peralatan. Terutama alat saji dengan menggunakan peralatan. Terutama alat saji dengan menggunakan lap/serbet, karena mungkin justru akan menyebabkan kontaminasi ulang. Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh dipegang sebelum digunakan. 

 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.      Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungikebersihan lingkungan dari subyeknya.

2.      Peralatan pangan merupakan alat yang digunakan dalam mengolah bahan pangan.

3.      Pengolahan pangan adalah salah satu kegiatan dalam manajemen pelayanan makanan, yaitu mengolah bahan mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi.

4.      prosedur yang dilakukan dalam pembersihan peralatan pangan  adalah sebagai berikut :

a.       Pembuangan sisa makanan dan pembilasan

b.      Pencucian

c.       Pembilasan

d.      Sanitasi/ desinfeksi

e.       Penirisan

 

B.     SARAN

1.      Peralatan  yang digunakan untuk  mengolah bahan pangan atau pemakaian peralatan setelah makan harus dicuci dahulu untuk menjamin kebersihannya.

2.      Selama mengolah bahan pangan, antara bahan pangan yang mentah dan matang harus dipisahkan, tidak boleh dicampur.

3.      Perlatan yang digunakan untuk masakan berlemak dan berminyak harus cepat – cepat dicuci karena mikrobanya cepat berkembang, menghasilkan asam yang dapat memunculkan bau yang tidak sedap.

 

DAFTAR PUSTAKA
 

Purnawijayanti, H.A. (2001) Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius: Yogyakarta.

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/02/sanitasi-alat-makan.html

http://cai-sl.blogspot.com/2012/07/sanitasi-tempat-pengolahan-makana-dan.html
,Sumber http://goresantangannn.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-sanitasi-peralatan.html 

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls