Kamis, 27 Maret 2014

Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Pengolahan Lahan

Makalah Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Pengolahan Lahan 

Mata Kuliah Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya. Radiasi sinar matahari
Penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor keturunan (genetic), pakan, pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta faktor lingkungan lainnya. Salah satu faktor lingkungan yang cukup dominan dalam mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim mikro. Iklim mikro di suatu tempat yang tidak mendukung bagi kehidupan ternak membuat potensi genetik seekor ternak tidak dapat ditampilkan secara optimal. Ada empat unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak secara langsung yaitu : suhu, kelembaban udara, radiasi dan kecepatan angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi dan curah hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung. Interaksi keempat unsur iklim mikro.

B.     Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai rumusan masalah antara lain sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan iklim ?
2.      Apa sajakah pengruh iklim terhadap ternak?
3.      Bagaimana upaya pengelolanya?

C.     Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :
  1. Untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah  Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan.
  2. Untuk mengetahui pengertian iklim dalam Indonesia
  3. Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap ternak
  4. Untuk mengetahui upaya pengelolaan pengaruh iklim terhadap ternak
C.  Sistematika
 Untuk mempermudah pembaca dalam memahami makalah ini,penulis menyajikan sistematika yang menjelaskan secara garis besarnya yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Iklim Pada Indonesia, Pengaruh Iklim Pada Ternak, dan Upaya Pengelolaanya.
BAB III PENUTUP
             Meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II

PEMBAHASAN

  1. PENGERTIAN IKLIM PADA INDONESIA
1.    Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim mempunyai pengaruh yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak. Iklim sendiri meliputi :
1. Curah hujan
Curah hujan sangat penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan baik masa birahi.
2. Temperatur
Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para peternak dapat menempatkan jenis ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena temperatur yang panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi produktififtas ternak. Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas, sedangkan ternak yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat bertahan ditempat yang bersuhu sedang.
3. Kelembaban udara
Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan. Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperature.
4. Kecepatan angin
Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.

2.    Kondisi Iklim Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
a.       Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
b.      Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
c.       Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah-daerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan minimal 60 mm.
2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat satu bulan kering.
3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya.
4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya mencapai 6 bulan.
5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan parah.
Sementara Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia menjadi 8 golongan, yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah), golongan C (agak basah), golongan D (sedang), golongan E (agak kering), golongan F (kering), golongan G (sangat kering), dan golongan H (luar biasa kering).

  1. PENGARUH IKLIM TERHADAP TERNAK
1.    Pengertian Pengaruh Iklim Terhadap Ternak
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya. Radiasi sinar matahari
Terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses 'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
2.      Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Ternak
Penelitian pada pengaruh langsung iklim pada ternak telah didapatkan dari 2 sumber: pengamatan yang langsung ternak di lapangan dan pengamatan tehadap ternak yang dipelihara di laboratorium atau di kamar psychormetric. Kerugaian pengamatan langsung di lapangan adalah sukar menyelenggarakan percobaan lapanganyang cukup terkontrol, sedangkan kerugian pengamatan dengan memakai kamar psychrometric yaitu tidak banyak ternak yang dapat diselidiki pada waktu tertentu padahal sudah diketahui bahwa ada perbedaan-perbedaan yang besar antar spesies (Findlay, 1954), di antara bangsa satu tipe, bahkan di antara species (Worstell dan Brody, 1953) dan juga antara individu dalam satu breed (Payne dan Hancock, 1953) dan juga antara individu dalam satu breed (Payne dan Hancock, 1957) terhadap kemampuan mereka bertahan pada pengaruh langsung iklim.
Semua ternak domestik termasuk hewan berdarah panas (homeotherm) yang berarti ternak berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran yang paling cocok untuk terjadinya aktivitas biologis yang optimum. Kisaran yang normal pada jenis mamalia adalah 37-39C, sedangkan pada burung adalah 40-400C dengan beberapa perkecualian.
Untuk mempertahankan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan yang sangat bervariasi, ternak domestik harus mempertahankan keseimbangan panas antara panas yang diproduksi oleh tubuh atau panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas yang hilang ke lingkungannya.
·    Perbaikan Iklim Mikro Kandang
Sebagi contoh upaya perbaikan iklim mikro kandang dan respons termoregulasikambing jantan peranakan Ettawa melalui penggunaan berbagai bahan atap masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya.
Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Salah satu carauntuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi.
·     Klasifikasi Lingkungan
Berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup dominan di dalamnya, lingkungan hidup dapat digolongkan menjadi enam, yaitu kawasan tundra, hutan berdaun jarum, hutan bermusim, hutan tropik basah, padang rumput dan padang pasir. Secara umum, ada dua komponen lingkungan, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah semua unsur lingkungan yang tidak bernyawa yang bersifat fisik, kimia, dan sosial, misalnya lahan, air, kandang dan nilai-nilai sosial budaya dan agama; sedangkan komponen biotik adalah semua unsur hayati yang ada dalam kehidupan, misalnya musim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan lain.
·         Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
·         Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
·         Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
·         Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
·         Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
·         Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
·         Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Seperti pada sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
·         Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan 

3.      Pengaruh Tidak Langsung Iklim Terhadap Ternak.
Pengaruh iklim yang tidak langsung pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia bagi ternak. Data dari hasil penelitian mengenai hal ini telah disimpulkan oleh payne (1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah penyakit dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
a)       Persediaan makanan
Faktor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan tanaman sehingga mengurangi kuantitas makanan yang tersedia adalah: suhu lingkungan, curah hujan, panjangnya hari dan idenditas radiasi cahaya. Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh iklim ada pada daerah basah, kering dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar pada makanan ternak, meskipun terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga perbedaan-perbedaan itu menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
b)      Parasit dan penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi parasit internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk mendukung pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung perkembangan stomoxys spp.
c)       Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Semua iklim tropik baik lembab maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan hasil ternak yang di simpan sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal ini mempengaruhi produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya prosesing penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan akan menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan.

4.      Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Fisiologi Ternak

Iklim mikro merupakan interaksi berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik atau keaadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada. Pada dasarnya faktor utama yang mempengaruhi tingkat produktivitas ternak atau perfomance adalah lingkungan dan genetik.
Besarnya penambahan panas yang berasal dari radiasi matahari di daerah tropis dapat mencapai empat kali lebih besar dari produksi panas hasil metabolisme (Thwaites, 1985). Besarnya penambahan panas ini tergantung pada ukuran tubuh ternak. Makin kecil ukuran tubuh seekor ternak, akan mendapatkan penambahan panas yang lebih tinggi dari ternak yang lebih besar ukuran tubuhnya, seperti domba vs sapi. Perolehan panas dari luar tubuh (heat gain) akan menambah beban panas bagi ternak, bila suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman.

Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi secara sensible melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan panas melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang saluran pernapasan (panting) (Purwanto, 1993) dan sebagian melalui feses dan urin (McDowell,1972). Unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi panas dan pelepasan panas pada ternak adalah suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari dan kecepatan angin.

C.    UPAYA PENGELOLAANYA

Iklim merupakan faktor penentu ciri khas dan pola hidup dari suatu ternak. Misalnya, ternak pada daerah tropik tidak sama dengan ternak yang berada di daerah subtropis. Namun, pada saat ini telah mampu diatasi dengan penyesuaian pegaturan suhu tubuh secara langsung seperti yang dilakukan oleh peternak di israel yang menggunakan Air Condition (AC) untuk beternak. Iklim sendiri merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja status faali dari ternak.

Pengaruh langsung iklim terhadap ternak adalah pada produktivitasnya. Penentuan status faali dari ternak sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui status faali pada ternak, maka peternak dapat menentukan dan menemukan pengaruh lingkungan pada ternak. Karena pada dasarnya dengan mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban, temperatur kulit, suhu tubuh, suhu rektal, respirasi dan denyut jantung, peternak akan mengetahui cara dan pengaruh buruk faktor-faktor iklim terhadap ternak serta untuk mengetahui pada termperatur dan kelembaban berapa ternak memilki produktivitas yang baik dan efisien, maka perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan intensif.

Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak maka salah satu upaya lain selain iklim adalah perbaikan mutu makanan pakan ternak. Kelembaban udara dari suatu lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu unsur iklim. Dimana kelembaban lingkungan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mempertinggi kejadian penyakit saluran pernapasan yang pada gilirannya memakai biaya perawatan kesehatan yang tinggi pada usaha produksi ternak.

Kelembaban udara tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi. Karena faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkah laku ternak. Bila suhu lingkungan berada diatas atau dibawah comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. Produktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya ( performance ), sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan ternak dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik ternak.




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kesimpulan dari materi yang dibahas diatas adalah :
1.    Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak
2.    Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal
3.     Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya menurun
4.    Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari kedua suhu tersebut
5.    Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat
6.     Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh hewan atau ternak.

B.   Saran
Pada pembahasan telah dijelaskan tentang pengruh iklim terhadap ternak,maka penyusun menyarankan untuk perlu dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan, agar pengaruh iklim tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dihindari maupun dicegah semaksimal mungkin. Berbagai alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Penggunaan bahan bangunan kandang yang tidak memantulkan panas.
2.      Pengaturan ventilasi kandang yang sesempurna mungkin.
3.      Menempatkan bangunan kandang pada tempat- tempat yang lebih tinggi, agar angin dengan leluasa dapat keluar masuk kandang.
4.      Menanam pohon-pohon penenduh disekitar kandang, akan tetapi penanaman pohon-pohon itu harus diatur seclemikian rupa agar jangan menghalangi pergerakan angin dari luar clan dalam kandang (Siregar. 1997).

DAFTAR PUSTAKA

 Bonsma, J.C.(1949) Breeding cattle for increased adaptability to tropical and subtropical environments.J.agric. Sci.(Camb), 39, 204-21.
Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak. Bubblegeneration (Online) dalam http://bubblehousebandryfarm. blogspot.com/2009/01/pengaruh-lingkungan-terhadap-keadaan.html (diakses tanggal 10 September  2011).
Hubungan Faktor Lingkungan dan Produktivitas Ternak. (Online) dalam http://maupazul. blogspot.com/2010/01/pengaruh-lingkungan-terhadap-keadaan.html (diakses tanggal 10 September  2011).
McDowell, R.E1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Co., San Frascisco.p.1-128.
Media Peternakan, April 2006, hlm. 35-46 Vol. 29 No. 1 ISSN 0126-0472
Purwanto, B.P. 1993. Heat and Energy Balance in Dairy Cattle Under High Environmental Temperatute. Doctoral Thesis, Hiroshima University.
Pengaruh Iklim Terhadap Ternak. (Online) dalam http://felictasdian.blogspot.com/2010/01/pengaruh-iklim-dengan-peternakan.html (diakses tanggal 12 September  2011).
 Thwaites, C.J. 1985. Physiological Responses and Productivity in Sheep. In : M.K. Yousef (Ed.).Stress Physiology in Livestock Vol. II:Ungulates. CRC Press Inc. Boca Raton,Florid.
Upaya pengelolaanya. (Online) dalam http://iisnurmala.blogspot.com/2010/01/hubungan-iklim-dengan-peternakan.html (diakses tanggal 17 September  2011).



Sumber http://ghinameriyanadewi.blogspot.com/2012/12/makalah-pengaruhlangsung-iklim.html

0 komentar:

Posting Komentar

Akan bijak bila memberi komentar bukan spam

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls