Sabtu, 27 Desember 2014

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tuberkulosa Paru

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tuberkulosa Paru


Pengertian

Tuberkulosis paru adalah infeksi kronis akut atau sub akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Infeksi dapat terjadi di seluruh tubuh namun tersering pada jaringan paru-paru.


Etiologi dan Cara Penyebaran

Mycobacterium tuberculosis (paling banyak), Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii dan Mycobacterium intracellulare.

Sumber penularan utama adalah penderita BTA Positif (Mycobacterium tuberculosis) yang disebarkan pada saat batuk atau bersin, batuk, bicara atau bernyanyi (droplet dengan ukuran 1 - 5 microns). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam dan orang dpt terinfeksi jika droplet terhirup saat bernafas. Adapun faktor predisposisi tertularnya Tb paru yaitu factor yang melemahkan atau keadaan imunitas yang menurun, misalnya diabetes, alcohol, malnutrisi, penyakit paru kronik.

Klasifikasi Mycovbacterium Tuberkulosa

1. Populasi A : dalam kelompok ini kuman tumbuh berkembang biak terus menerus dengan cepat. Kuman-kuman ini banyak terdapat pada dinding/lesi yg pH nya netral.

2. Populasi B : dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam (pH rendah). Lingkungan asam ini melindungi kuman terhadap obat anti tuberkulosis tertentu.

3. Populasi C : pada kelompok ini kuman berada dalam keadaan dormant (tidak ada aktivitas). Hanya kadang-kadang kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu singkat.

4. Populasi D : dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman yang sepenuhnya bersifat dormant (complete dormant), sehingga sama sekali tidak b isa dipengaruhi oleh obat anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh manusia itu sendiri.

Sifat Mycobacterium Tuberkulosa

Kuman Tb dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini karena kuman berada dalam sifat dormant sehingga kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Jika dalam ruangan lembab dan gelap, kuman dapat bertahan bertahun-tahun.

Tanda dan Gejala

Gejala pada pernafasan diantaranya : batuk, krekels di atas apeks paru, sesak nafas dan nyeri dada. Sedangkan gejala umum antara lain : demam, berkeringat malam, sakit kepala,takikardi, anoreksia, penurunan BB, malaise/keletihan, llimfe membengkak, menstruasi tak teratur, keluhan tidak bisa tidur.

Patofisiologi

Secara patogenesis, bahan lipid dan karbohidrat dinding M. Tuberculosis dapat meningkatkan virulensi dengan menghalangi fusi fagolisosom, sehingga bakteri dapat bertahan dalam sel.

Reaksi hipersensitivitas yang terjadi saat proses inflamasi adalah reaksi hipersensitivitas lambat (tipe IV). Reaksi terhadap basil tuberkel ini terbentuk dalam 2-4 minggu setelah infeksi awal. Individu yang tersensitisasi akan menunjukan reaksi indurasi yang berlebih (> 5 mm) pada tes PPD. Namun hasil tes positif hanya menunjukan sensitivitas, bukan penyakit aktif. Setelah sensitisasi terjadi selama fase infeksi, reaksi peradangan nonspesifik berubah menjadi granuloma yang sering disertai nekrosis kaseosa. Peningkatan resistensi terjadi berupa kemampuan menghambat replikasi kuman interseluler.


Jika dilihat dari pajanan terjadinya penyakit, tuberkulosa terbagi menjadi dua, yaitu primer dan post primer (sekunder)

1. Primer

Bentuk ini terjadi pada penderita yang sebelumnya tidak pernah terpapar dengan kuman tuberculosis atau saat orang pertama kali terpapar kuman TB. Setelah terinhalasi, kuman Tb sebagian hancur (melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus), sebagian berkembang biak selanjutnya membentuk sarang primer + limfangitis local + limfadenopati regional (kompleks primer). Lesi biasanya terjadi di dekat pleura pada bagian inferior lobus atas atau bagian superior lobus bawah. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Pada tuberkel lama dengan jaringan parut mungkin tidak ditemukan kuman tetapi mengandung kuman yang infektif, kadang bertahan sampai beberapa puluh tahun. Tuberkulosis primer biasanya asimptomatik.

Pada fase ini dapat terjadi penyebaran ke kelenjar getah bening (kelenjar limfe) bronkus atau hilus ipsilateral berakibat terjadinya lesi campuran paru dan kelenjar getah bening (kompleks ghon).

Pada kebanyakan kasus, infeksi tidak berkembang dan menghasilkan jaringan parut dan kalsifikasi lokal. Kadang-kadang terjadi pneumonia primer progresif. Komplikasi lain adalah tuberkulosis milier diseminata, yang terjadi bila kuman tuberkulosis masuk ke dalam peredaran darah.

2. Post Primer

Tuberculosis post primer menunjukan infeksi aktif pada penderita yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi. Kebanyakan kasus merupakan reaktivasi bakteri dorman dari lesi primer. Proses ini meliputi pembentukan sarang di region atas paru-paru (apical posterior lobus superior atau inferior). Hal ini menunjukan M. tuberculosis memilih lokasi dengan pO2 yang tinggi. 3-10 minggu kemuadian menjadi tuberkel . Post primer terjadi beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer (akibat penurunan daya tahah tubuh, infeksi HIV, status gizi buruk).



Akibat dari proses di atas mengarah pada terjadinya penyakit paru restriktif, dimana terjadinya kehilangan daerah pertukaran gas, baik secara anatomis maupun fungsional. Selain itu penyakit paru restriktif menyebabkan penurunan komplians paru, kapasitas vital, kapasitas residu fungsional dan kapasitas difusi.

Penatalaksanaan Umum

Pemberian antibiotik (RHEZS), analgesic, terapi O2, diet TKTP, isolasi pernafasan dan operasi(drainase, reseksi paru).

Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering muncul biasanya, sesak atau nyeri dada.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Penjabaran dari keluhan utama (PQRST)

3) Riwayat kesehatan dahulu

Dikaji terutama riwayat merokok, kontak dengan penderita Tb paru, riwayat penyakit saluran pernafasan lain, riwayat pekerjaan yang berkaitan dengan zat polutan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji riwayat Tb paru di keluarga dan pengobatannya.

c. Kondisi tempat tinggal dan lingkungan

Dikaji kondisi rumah dan lingkungan meliputi sumber polutan, pemaparan sinar matahari, kelembaban ruangan, ventilasi

d. Aktivitas sehari-hari

Dikaji pola nutrisi, eliminasi, aktivitas, personal higiene dan pola tidur.

e. Pemeriksaan Fisik (dilakukan persistem)

1) System persarafan, biasanya ditemukan pasien sadar, gelisah, hingga penurunan kesadaran.

2) System pernafasan, klien biasanya terlihat sesak, nyeri dada, respirasi meningkat, mungkin batuk produktif atau darah (haemaptoe), suara nafas ronchii/gargling, terdapat perubahan perbandingan diameter anteroposterior dada, deviasi trakea, vocal premitus menurun.

3) System kardiovaskuler, biasanya heart rate meningkat lemah, penurunan tekanan darah, mungkin peningkatan JPV, sianosis perifer, konjungtiva pucat.

4) System gastrointestinal, mungkin terjadi penurunan bising usus, nafsu makan berkurang, keluhan mual muntah akibat obat Tb paru.

5) System perkemihan, biasanya ditemukan urine kemerahan sebagai efek samping obat Tb paru.

6) System endokrin, biasanya ditemukan hipermetabolisme akibat infeksi, pembesaran KGB, gula darah meningkat.

7) System reproduksi, biasanya ditemukan gangguan menstruasi pada wanita, penurunan hasrat sexual.

8) System integument, biasanya ditemukan peningkatan diaforesis, kulit pucat dengan turgor jelek, kehilangan lemak sub kutan.

9) System musculoskeletal, biasanya ditemukan penampilan kurus, bentuk tulang dada berubah, penurunan kekuatan otot, penurunan tonus otot.

f. Aspek psikososial dan spiritual

Biasanya terdapat gangguan konsep diri pada penderita, merasa dikucilkan akibat pandangan negative masyarakat.

g. Aspek pengetahuan

Perlu dikaji pemahaman penderita TB paru dan keluarganya berkenaan dengan kemampuan dalam perawatan dan pengobatan Tb paru.

h. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic meliputi Pemeriksaan dahak (BTA), Foto roentgen, Darah, Mantoux test.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

a. Ggn oksigenasi ; ventilasi b.d akumulasi secret di jalan nafas

Tujuan : jalan nafas bersih

Tindakan :

1) Obs TTV

2) Observasi RR, kedalaman, suara paru tambahan dan pgn otot aksesori pernafasan.

3) Catat sifat sputum; jumlah, warna, bau dan konsistensi

4) Atur posisi tidur; semi fowler

5) Ajarkan klien batuk efektif,serta lakukan fisioterapi dada, postural drainage

6) Berikan klien hidrasi adekuat dgn jml sesuai keb. tubuh serta berikan minum air hangat.

7) Kolaborasi untuk pemberian terapi mukolitik dan berikan sesuai program.

b. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan fungsi paru

Tujuan : pertukaran gas adekuat

Tindakan :

1) Obs frekuensi,kualitas pernafasan.

2) Obs tanda cyanosis.

3) Obs bunyi nafas, catat peningkatan/penurunan ronki, krekels.

4) Baringkan dlm posisi semi fowler.

5) Kolab pemeriksaan AGD (PO2, PCO2, HCO3, sat O2, BE)

6) Bimbing klien untuk nafas dalam.

7) Berikan oksigen sesuai program pengobatan.

8) Anjurkan klien untuk tirah baring selama periode akut

c. Gangguan rasa nyaman nyeri dada

Tujuan : nyeri berkurang/hilang

Tindakan :

1) Berikan tindakan untuk meningkatakan rasa nyaman (relaksasi, distraksi)

2) Jika mungkin kolaborasi analgetik

3) Minimalkan aktivitas

4) Pengaturan posisi dada semi fowler

5) Ciptakan lingkungan yang tenang

d. Resiko penyebaran infeksi

Tujuan : infeksi tidak berlanjut, tidak menular kepada orang lain

Tindakan :

1) Identifikasi keluarga atau orang lain yang dapat tertular infeksi

2) Anjurkan klien batuk, bersin dengan menutup mulut

3) Anjurkan klien mengeluarkan dahak pada tempat yang telah disediakan (pot sputum tertutup), ajarkan cara pembuatannya.

4) Tekankan pentingnya tidak mengehentikan obat Tb paru.

5) Identifikasi faktor resiko individu terhadap kemungkinan kekambuhan ulang (alkoholisme, merokok, malnutrisi, lingkungan rumah yang tidak sehat). Segera lakukan pencegahan.

e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan : nutrisi klien terpenuhi

Tindakan :

1) Kaji status nutrisi(BB)tiap hari.

2) Kolaborasi dgn bagian gizi u/ pemberian diet TKTP.

3) Berikan penjelasan pada klien ttg pentingnya intake nutrisi dlm proses penyembuhan penyakit

4) Atur posisi yang nyaman saat makan (semi fowler)

5) Motivasi klien u/ menghabiskan porsi makannya

6) Motivasi u/ istirahat sblm makan u/ mengurangi keletihan

7) Berikan makan dlm jumlah kecil tapi sering

8) Berikan makan dlm keadaan hangat

9) Motivasi pada orang terdekat untuk membawakan klien makan kesukaanya yang tidak bertentangan dengan program pengobatan

10) Pantau presentase makanan yang dimakan

f. Aktivitas intoleran b.d keletihan, kelemahan,dispneu

Tujuan : aktivitas terpenuhi sesuai kemampuan klien

Tindakan :

1) Obs derajat intoleransi aktivitas yang dilaporkan

2) Kaji kekuatan otot klien

3) Observasi frekuensi pernafasan dalam berespons terhadap aktivitas yang dilakukan klien

4) Bantu aktivitas klien selama klien masih lemah.

5) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien

6) Bantu dan instruksikan klien u/ merencanakan waktu istirahat diantara waktu aktivitas

7) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

8) Instruksikan dan bimbing klien u/ menggunakan teknik bernafas adaptif

9) Bimbing dan awasi klien dalam melakukan ROM

10) Pantau tanda progresi penyimpangan saat beraktivitas dan segera kolaborasi dengan dokter

g. Gangguan pola tidur; kurang dari kebutuhan b.d batuk,sesak

Tujuan : kebutuhan tidur klien terpenuhi

Tindakan :

1) Berikan obat-obatan (antitusif, mukolitik,bronkodilator) menjelang tidur.

2) Atur posisi semi fowler

3) Ciptakan suasana tenang,batasi pengunjung saat istirahat

4) Hindari obs,pemberian terapi saat klien tidur

5) Pertahankan pemberian oksigen saat tidur

6) Dorong dan bantu klien dalam melakukan perawatan di malam hari (membereskan tempat tidur,cuci kaki, cuci tangan, gosok gigi)

7) Gunakan alat bantu tidur (mandi air hangat, makanan kecil, dipijat, membaca, relaksasi, berdoa, minum susu hangat)






Persiapan Perawatan Di Rumah

1. Kaji tingkat pengertian proses penyakit,ketakutan,salah persepsi

2. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan pengobatan serta prosedur

3. Jelaskan pentingnya higiene (batuk ke dalam tempat sputum, cara membuang sputum, memalingkan muka jika batuk, menghindari kontak langsung dengan sputum)

4. Jelaskan pentingnya diit TKTP

5. Jelaskan pentingnya isolasi pernafasan

6. Jelaskan pentingnya melakukan latihan, istirahat,menghindari keletihan

7. Jelaskan pentingnya u/ menghindari kontak dkt org lain

8. Jelaskan pentingnya perawatan jalan berkelanjutan

9. Diskusikan gejala untuk dilaporkan pada dokter (batuk darah, nyeri dada, kesulitan bernafas, hilang pendengaran, vertigo)

10. Diskusikan pengobatan: nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping

11. Jelaskan pentingnya untuk menghindari minum obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dengan dokter

Sabtu, 20 Desember 2014

Syarat dan Komponen Proposal Penelitian

Penelitian sebagai metode ilmiah mengharuskan sistematika yang baik dalam pelaksanaannya. Untuk mendapatkan sistematika yang baik maka penelitian haruslah dirancang sebaik mungkin untuk memudahkan peneliti melakukan risetnya. Rancangan penelitian ini disebut dengan proposal penelitian. Teknik yang universal dalam menyusun sebuah proposal penelitian adalah dengan memperhatikan kebahasaan, sistematika dan materi yang dijelaskan.
Proposal penelitian disusun sebelum melakukan peneltian. Dalam hal ini seorang peneliti harus mempunyai tiga kemampuan dasar, yaitu : kemampuan bahasa, metodologi yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti, dan penguasaan materi serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
A. Syarat Proposal Penelitian
Sebuah proposal penelitian dapat dikatakan bagus apabila memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya :
1. Sistematis
Sistematis artinya sesuai dengan pola tertentu dari sederhana hingga kompleks. Proposal harus dapat memberikan gambaran tentang rencana penelitian yang akan dilakukan. Susunan proposal dapat bervariasi tergantung kebijakan institusi. Namun biasanya harus mengandung latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, rencana metodologi yang akan digunakan, dan alat ukur yang digunakan.
2. Terencana
Proposal yang baik memuat langkah-langkah pelaksanaan penelitian, lengkap dengan jadwal pengumpulan data, analisa data hingga pelaporannya.
3. Mengikuti konsep ilmiah
Proposal harus mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Baik tata cara penulisan dan tata bahasa yang digunakan.
B. Komponen Proposal Penelitian
1. Judul
Judul merupakan etalase dari suatu penelitian yang menampilkan keseluruhan rencana penelitian. Oleh karena itu judul penelitian harus memuat gambaran global masalah dan lingkup penelitian. Syarat judul yang baik yaitu :
a. Menarik minat peneliti.
b. Managable
c. Mengandung kegunaan praktis
d. Tersedia cukup data
e. Tidak duplikasi dari penelitian lain
f. Berisi variable yang akan diteliti
g. Berupa kalimat pernyataan
h. Jelas dan singkat
2. Latar Belakang Masalah
Latar belakang merupakan pengantar yang menjelaskan secara singkat materi penelitian yang ditulis secara sistemaris dan terarah. Biasanya dibuat secara deduktif, dimana masalah secara umum dikerucutkan menjadi masalah khusus yang akan diteliti. Latar belakang masalah merupakan justifikasi dibuatnya suatu penelitian. Dalam latar belakang masalah, selain konsep dan teori yang dituliskan, juga data angka dari institusi yang terkait dengan topic penelitian.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat berupa pernyataan masalah atau pertanyaan masalah. Rumusan masalah ini memiliki konsekuensi terhadap tujuan, manfaat, kerangka konsep serta metode penelitian yang digunakan. Rumusan masalah didapat setelah peneliti menelaah atau mengidentifikasi permasalahan yang muncul di latar belakang.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian hendaknya diuraikan singkat dan jelas serta menggunakan kata yang bersifat operasional, seperti menguraikan, mengidentifikasi, menggambarkan. Tujuan biasanya dibuat dalam dua kategori yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum menjelaskan tujuan yang hendak dicapai secara umum. Sedangkan tujuan khusus menjelaskan langkah yang diambil untuk mencapai tujuan umum.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian hendaknya diuraikan singkat dan jelas, dan menunjukan kontribusinya bagi pengembangan ilmu keperawatan, profesi, praktisi, pendidikan keperawatan atau institusi pelayanan kesehatan dan pemerintah selaku pembuat kebijakan.
6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi uraian teori yang mendasari penelitian. Literatur yang dipakai hendaknya up to date dan relevan dengan topic penelitian.
7. Kerangka Konsep dan Hipotesis
Kerangka konsep merupakan justufikasi ilmiah terhadap penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang ilmiah, hasil penelitian, jurnal atau data literur lain. Hipotesa atau dugaan bukan hal yang mutlak, namun tergantung jenis penelitiannya.
8. Metode Penelitian
Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, kerangka penelitian, variable dan sub variable penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, cara analisa data. Untuk penelitian kualitatif dapat menjelaskan metode pendekatan yang digunakan.
9. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Jadwal dan lokasi penelitian merupakan rencana tentang tempat dan waktu penelitian yang akan dilakukan. Jadwal ini meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Jadwal penelitian dapat dibuat dalam bentuk time schedule.
10. Lampiran
Yang harus dilampirkan dalam proposal antara lain daftar pustaka, alat ukur yang digunakan.
C. Alasan Penolakan Proposal Penelitian
Sebuah proposal dapat saja ditolak, apabila :
1. Plagiat hasil penelitian orang lain
2. Perumusan masalah lemah dan tidak focus
3. Konstribusi hasil penelitian tidak jelas
4. Tinjauan teori tidak relevan dengan tujuan penelitian
5. Metode penelitian tidak tepat
6. Proposal tidak sesuai dengan format yang ditetapkan
7. Penyampaian proposal terlambat
8. Penelitian tidak relevan dengan bidang studi
sumberhttp://nersimet.blogspot.com/2010/09/syarat-komponen-proposal-penelitian.html

Sabtu, 13 Desember 2014

Pengertian Metode Positivisme

Metode Positivisme
Metode positvisme merupakan metode pengetahuan yang valid, yang hanya menerima fakta-fakta dalam menelaah suatu objek pengetahuan (Bentham dan Mill). Pada abad ke- 18, positivisme mengembangakan pemikiran-pemikiran umum tentang kehidupan manusia, dan dari situlah berkembangnya etika dan politik sebagai disiplin ilmu yang positivistik. selain itu dijabarkan juga beberapa positivistik, yaitu positivistic social, evolusionar, kritis, dan logik.
Positivitik sosial adalah penjelasan yang lebih mendetail tentang kehidupan sosial masyarakat, misalnya kebutuhan dan perkembangan sejarah. Salah satu pemikir tentang sejarah perkembangan alam berpikir manusia menjelaskan bahwa ‘matematika bukanlah ilmu melainkan alat untuk berpikir logis’.
Positivisme evolusioner berasal dari ilmu fisika dan biologi yang menggunkan doktrin evolusi biologi. Dan berawal dari itulah Spencer beranggapan bahwa,’evolusi adalah proses dari homogen ke heterogen.
Positivisme kritis atau yang dikenal empriokritisme memandang sesuatu itu adalah serangkaian relasi inderawi, dan pemikiran kita adalah persepsi kita atau representasi dari sesuatu tersebut.
Positivisme logic, menurut pemikir neo-Kantian, positvisme logik menolak segala bentuk etik transeden, dan lebih menyarankan adanya unifikasi ilmu dan mengganti konsep variabilitas menjadi konsep konfirmabilitas.
Dasar pandangan positivistik dari ilmu sosial budaya memaparkan berbagai kesimpulan bahwa gejala sosial budaya merupakan bagian dari gejala alami, ilmu sosial budaya juga harus dapat merumuskan hukum-hukum atau generalisasi-generalisasi yang mirip dalil hukum alam, berbagai prosedur serta metode penelitian dan analisis yang ada dan telah berkembang dalam ilmu-ilmu alam dapat dan perlu diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial budaya. Akibatnya, ilmu sosial budaya menjadi bersifat predictive dan explanatory yang sama halnya dengan ilmu alam dan ilmu pasti.
Misalnya dalam dunia arsitektur, dalam mendesain atau dengan membentuk suatu pola diperlukan pemikiran yang jelas ada, bukan hanya sesuatu yang klise. Perlunya suatu pembuktian dan hasil yang konkrit, yang bukan hanya teori dan ringkasan melainkan hal nyata yang berasal dari tahapan suatu proses.
Metode Fenomologi
Edmund Husserl adalah pelopor dari fenomologi (1859 – 1838). Fenomenologi mencoba menepis semua asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia dalam kehidupan, dan dengan alasan ini fenomologi disebut sebagai cara berfilsafat yang radikal. Fenomologi lebih menekankan cara atau proses pencapaian, dan menghindari konstruksi asumsi filsafat, sains, agama, dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya dan sekaligus mengarahkan pengalaman. Semua penjelasan tidak boleh dipaksakan sebelum pengalaman menjelaskannya sendiri dari dan dalam pengalaman itu sendiri.
Selain itu, Fenomenologi menekankan, filsafat melepaskan diri dari ikatan sejarah apapun, apakah itu tradisi metafisika, epistimologi, atau sains. Program utama fenomenologi adalah mengembalikan filsafat ke penghayatan sehari-hari subjek pengetahuan. Kembali ke kekayaan pengalaman manusia yang konkret, lekat, dan penuh penghayatan. Selain itu, fenomenologi juga menolak klaim representasionalisme epistimologi modern. Fenomenologi yang dipromosikan Husserl sebagai ilmu tanpa presuposisi. Ini bertolak belakang dengan modus filsafat sejak Hegel menafikan kemungkinannya ilmu pengetahuan tanpa presuposis.
Misalnya dalam dunia arsitektur, menghasilkan pola atau bentuk yang dapat dinikmati secara visual, misalnya rumah tinggal. Dan diperlukan proses dalam pencapaiannya kedalam kenyataan.
Metode Hermeneutika
Metode ini sama halnya penafsiran, yang menafsirkan realita dan bersifat kualitatif juga metode yang menawarkan pendekatan baru dalam ilmu-ilmu sosial. Ada 3 komponen penting dalam Hermeneutika ini, adanya tanda, pesan berita yang kerap berbentuk teks. kemudian, ada sekelompok penerima yang bertanya-tanya atau merasa “asing” terhadap pesan itu, dan adanya perantara atau kurir antara kedua belah pihak.
Hermeneutika, dijelaskan dengan dua versi, yang pertama Schleiermacher yang dikenal dengan hermeneutika romantik dan oleh Heidegger dikenal dengan hermeneutika fenomenologi.
Hermeneutika romantik Schleiermacher tidak terlepas dari konsepsi Schleiermacher mengenai bahasa dan praktik penafsiran. Memahami berarti mengarahkan perhatian pada suatu objek , yakni bahasa. Bahasa dapat dipahami sebagai dimensi supraindividual dan dimensi individual.
Hermeneutik fenomenologi Heidegger merupakan sesuatu yang kontradiksi, atau cara pandang s melihat fenomen sebagai teks yang mengundang pertanyaan untuk kemudian diinterpretasikan. Hermeneutika fenomenologi hendak melepaskan diri dari kerangka epistimologi dimana subjek tidak lagi berhadapan dengan objek yang terhampar dihadapannya. Dengan mengandaikan subjek selalu dan sudah berada di dunia yang selalu dan sudah bermakna sebuah dunia yang bukan representasi.
Dalam dunia arisitektur, metode ini digunakan misalanya, dalam merancang tapak atau analisa, diperlukan hal yang hanya memperkirakan, dan menafsikan akan keadaan setempat. Kepastian untuk hal seperti ini sangat sulit karena belum terbentuk dan tidak ada yang dapat mengetahui pasti yang akan terjadi ke depannya, jadi dalam analisa suatu tapak hanya menjelaskan hal-hal yang hanya sebatas perkiraan terhadap lingkungan dan kawasan setempat.
Metode Kritis
Metode kritis dimulai dari adanya masalah-masalah sosial nyata yang dialami oleh sekelompok individu, kelompok-kelompok, atau kelas-kelas yang tertindas dan teralienasi dari proses-proses sosial yang sedang tumbuh dan berkembang. Diawali dari masalah-masalah praktis dan kehidupan sehari-hari jenis penelitian ini berusaha menyelesaikan masalah-masalah tersebut lewat aksi-aksi sosial yang bertujuan agar mereka yang tertindas dapat membebaskan diri dari belenggu penindasan. Riset kritis harus melakukan kritik ideologi berdasarkan perbandingan antara struktur sosial buatan dengan struktur sosial nyata. Menurut Sand Berg (1976) metode kritis menentang proses-proses sosial yang tidak manusiawi dan selanjutnya proses-proses yang tidak manusiawi tersebut dapat dipecahkan melalui aksi bersama antara peneliti dengan rakyat. Dalam metode ini terbentu berbagai tahapan, yaitu Interprestasi, analisis empiris, dialog kritis, dan dilanjutkan dengan aksi.
Dalam dunia arsitektur, proses ini akan terlihat ketika bentuk atau hasil dari desain nyata. Kekeliruan atau ketidakanyamanan baik pengguna maupun lingkungan terhadap hasil desain dapat diteliti ulang. Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, dapat di rancang kembali, sehingga menghasilkan bentukan yang sejalan dengan lingkungan dan penggunanya.

sumberhttp://ihreworte.wordpress.com/2012/03/13/metode-positivisme/

Sabtu, 06 Desember 2014

Pengertian Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif

 A.    Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk membuktikan keabsahan data kualitatif tersebut maka diperlukan validitas dan reliabilitas dalam membuktikan keabsahan data yang digunakan.
Pada pengertian yang lebih luas validitas dan reliabilitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian. Kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sangat penting khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu social karena pendekatan filosofis dan metodologis yang berbeda terhadap studi aktivitas manusia.[1]
Dalam pengojian keabsahan, metode penelitian kualitatif mengunakan yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut istilah ditunjukkan pada tabel berikut.[2]
Tabel Perbedaan istilah dalam pengujian keabsahan data antara metode kualitatif dan kuantitatif
Metode Kuantitatif
Metode Kualitatif
Validitas Internal
Kredibilitas
Validitas Eksternal
Transferabilitas
Reliabilitas
Dependabilitas
Objektivitas
Konfirmabilitas

Kredibilitas (crediability). Criteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisa kasus negative, dan memberchecking.[3]
      1.      Memperpanjang pengamatan
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan memperbanyak data lagi yang ditemukan karena peneliti kembali lagi ke lapangan. Selain itu, peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
      2.      Ketekunan penelitian
Apabila peneliti tekun dalam melakukan penelitian, berarti pengamatan tersebut dilakukan dengan cermat dan berkesinambungan. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan begitu, kredibilitas data dapat meningkat dan dipercaya oleh public.
       3.      Triangulasi
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan  data dari berbagai sumber dengan berbabai cara, dan berbagai waktu atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.  Karena dari itu ada yang disebut dengan, triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu[4];
a.       Triangulasi Sumber. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari berbagai sumber tersebut, nantinya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber itu, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif. Setelah menghasilkan kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersbut.
b.      Triangulasi Teknik. Mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, dan kuisioner. Jika menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi semuanya benar, karena sudut pandang yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan atau yang lain, unutuk memastikan data mana yang dianggap benar.
c.       Triangulasi Waktu. Misalnya ketik data dilakukan dengan teknik wawancara di pagi hari, disaat narasumber masih segar, dan belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Karena itu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

       4.      Diskusi dengan teman sejawat[5]
Mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
       5.      Analisa kasus negative
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus nigatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang tela ditemuka. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan meruba temuannya.[6]
     6.      Memberchecking
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuanmembercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang diperoleh itu telah disepakati oleh para pemeberi data maka berarti datanya tersebut valid dan kredibel/dipercaya, tetapi apabila data tersebut tidak disepakati oleh pemberi data, maak peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apbila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.[7]

Transferabilitas (transferability). Criteria transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau setting yang lain.Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Dalam penelitian kuantitatif, transferabilitas ini merupakan validitas eksternal. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannnya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Dari sebuah perspektif kualitatif transferabilitas adalah tanggung jawab seseorang dalam melakukan generalisasi. Orang yang ingin mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda bertanggung jawab untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer tersebut masuk akal. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sampai mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Dependabilitas (dependability). Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability ditempuh dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing. [8]
Konfirmabilitas (konfirmability) Dalam penelitian kuantitatif pengujian ini disebut sebagai uji obyektivitas penelitian yaitu, jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang maka penelitian dikatakan obyektif. Namun dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas ini dapat dilakukan bersamaan dengan uji dependabilitas karena mirip.  Menguji konfirmabilitas  berarti menguji hasil penelitian yang berkaitan dengan proses yang dilakukan. Penelitian itu bisa dikatakan memenuhi standar konfirmabilitas, apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.[9]




[1] Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hal. 78
[2] Ibid, hal 79
[3] Ibid, hal.80
[4] Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.Alfabeta, 2010, Hal. 127
[6] Ibid, hal. 128
[7] Ibid, hal 129
[8] Ibid, hal 131
[9] Ibid

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls