Rabu, 01 April 2015

Pengertian Banyu Perwitasari

Pengertian Banyu Perwitasari 
Banyu Perwitasari berasal dari 3 kata yaitu :
Banyu    =  air
Perwita  =  Bersih
Sari        = inti
jadi Banyu perwitasari adalah air bersih yang paling inti. ini hanyalah sebuah istilah dan ungkapan dalam ilmu tasawuf jawa budaya jawa yang artinya air kehidupan. Kisah ini bisa dilihat dalam tokoh bima mencari banyu perwitasari tersebut. Kita ketahui bahwa wayang di jawa dengan yang dari India sangat berbeda ceritanya. wayang dijawa dibuat oleh para wali. Sehingga cerita wayang disesuaikan dengan dengan keislaman dan budaya jawa. Sehingga nusantara sukses menjadi negeri Islam yang paling terbesar karena jasa dan metode dakwah mereka.

Banyu  perwitasari dalam falsafah jawa tersebut orang yang menginginkan kebenaran sejati maka harus mengikuti metode bima dalam mencari banyu perwitasari tersebut. seperti inilah kisahnya:

Dari berbagai kisah Bima Suci yang bervariatif itu dapat ditemukan benang merahnya.
Alkisah, Bima atas perintah gurunya (Durno) mencari “Banyu Perwitasari”. Dalam perjalanan mencari air kehidupan, Bima menuju hutan Tibaksara (berarti landeping cipta) yang terletak di gunung ReksaMuka (yang artinya yang berda di muka). Di hutan ini Bima dihadang oleh dua raksasa Rukmuka (berarti kamukten) dan Rukmokala (yang berarti Kamulyan). Bima mampu mengalahkan ke dua raksasa itu.
Untuk menemukan air perwitasari, pendita Druna menyuruh Bima untuk pergi ke hutan Tebrasara yang terletak di lereng gunung Reksamuka. Dalam perjalanan menuju tempat itu, ada banyak godaan yang dilalui oleh Raden Bima. Ketika berada di hutan itu, ia diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat itu, Bima berhasil menyingkirkan dan membunuh keduanya.

Pencarian di hutan Tebrasara ini sangat sarat dengan makna. Tebrasara berasal dari kata tebra dan sara. Tebra berarti rasa prihatin, sementara sara berarti tajamnya pisau. Tebrasara merupakan sebuah lambang cita-cita untuk sampai kepada landeping cipta. Daya akal manusia harus benar-benar tajam. Ketajaman itu diraih dengan memelihara diri sendiri. Tidak mengherankan jika hutan itu digambarkan ada di gunung Reksamuka. Reksa berarti memelihara dan muka berarti wajah artinya memelihara nafsu yang berasal panca indera. 

Untuk memperoleh “inti sari pengetahuan sejati” (Perwitasari), Bima harus melalui samadi (yang dilambang dengan hutan Tebrarasa  dan gunung Reksomuka =Mata/pemahaman yang mendalam). Bima tidak bisa mencapai titik penyatuan mata batin dalam samadi kalau tidak ‘membunuh’ pikiran tentang kamukten dan kamulyan.
Kisah selanjutnya, Bima tahu bahwa air ‘perwitasari’ tidak terletak di hutan Tebrarasa yang ada di gunung Reksamuka, tetapi di dasar samudera. Maka perjalanan dilanjutkan ke dasar samudra (samudra pangaksama=pengampunan). Dalam samudra bertarung dengan naga (simbol kejahatan/keburukan) dan Bima berhasil membunuhnya.
Untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup dengan membuang kamukten dan kamulyan tetapi harus juga berani mengampuni kepada orang-orang yang bersalah dan membunuh kejahatan yang ada dalam dirinya (masuk samudra pengampunan dan membunuh naga kejahatan).
Setelah melampaui berbagai rintangan, akhirnya Bima ketemu Dewaruci, yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan dan di dalam diri Dewaruci, Bima melihat seluruh isi semesta alam.
Bima dengan samadi secara benar : menutup mata, mengatur nafas, konsentrasi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati dalam samadi: “manunggaling kawula gusti”, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati. Dalam istilah kejawen: Mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam “samudera menanging kalbu”.
Kisah ini mengandung maksud bahwa orang yang menginginkan ilmu sejati sebagai makhluk tuhan itu harus bisa mengendalikan hawa dan nafsunya. dengan proses mempelajari dan melaksanakan Islam secara sebenarnya bukan hanya kulit tapi isinya juga. Syariat sholat adalah beirisi gerakan dan bacaaan tertentu yang diperintahkan. tetapi hakikatnya adalah bentuk pengabdian dan penyerahan totalitas kepada aturan dan perintah allah.
Orang yang menginginkan banyu perwitasari maka harus melalui tahapan tahap diantaranya:
  1. Bertaubat dengan sebenarnya ( melalui samudra pangaksama = ampunan)
  2. Mengendalikan fikiran secera jerni ( melalui hutan Tikbrasara)
  3. mengndalikan nafsu aal panca indera ( Teksamuka = menjaga yang ada dimuka, mata, telinga, mulut dan hidung dari hal-hal buruk)
  4. Memahami ajaran fiqih benar
  5. Mengendalikan nafsu yang menginginkan kekayaan dan kedudukan dengan secara berlebihan.


Banyu perwita sari juga dapat ditemui dalam Islam walau tidak sama persis tetapi inti ajarannya adalah sama , ada dikisahkna dalam Nabi Musa belajar ilmu kepada Nabi Khidir. Nabi musa ditolak ioleh nabi khidir sebagai murid karena tidak akan sabar dalam menuntut ilmu kepada nabi khidir. Nabi khidir protes bagaimana bisa tahu kalau belum menjdai muridnya. Akhirnya tetap diterima oleh nabi Khidir namun tetap tidak lulus jadi murid karena tidak sabar dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Nabi Khidir.

0 komentar:

Posting Komentar

Akan bijak bila memberi komentar bukan spam

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls